Ayah, ibu, aku ingat sekali ketika kutatap wajahmu untuk pamit
dengan mata berkaca-kaca aku menata kata-kata paling rumit
bahwa aku pergi untuk meraih cita-cita paling tinggi
yaitu membahagiakanmu di kehidupan yang abadi.
(Penggalan puisi “Menyongsong Cahaya dengan Al-Qur’an”)
.
Acara wisuda akbar Maskanul Huffadz berlangsung haru. Selain karena peserta wisuda yang terhitung paling banyak dalam sejarah sejak berdirinya Maskanul Huffadz, penampilan puisi yang dibawakan oleh 3 wisudawati itu mengundang para hadirin untuk ikut meneteskan air mata.
Bagaimana tidak? Puisi yang ditampilkan setelah pembacaan ikrar santri itu, menambah haru suasana acara wisuda akbar kemarin. Bukan sekadar teks puisi biasa, pembawaan mimik wajah yang tulus pun menjadikan puisi itu semakin berwarna.
Tidak berhenti sampai di situ, para wisudawan dan wisudawati mempersembahkan bunga kepada orang tuanya sebagai simbolis bentuk ucapan terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan mereka terhadap anaknya.
Masing-masing santri turun dari atas panggung, memberikan seutas bunga yang sudah dipersiapkan sambil memeluk orang tuanya dengan erat. Acara wisuda akbar tersebut pecah dengan isak tangis antara haru dan rindu.
Bukan hanya orang tua dan para santri, Umma Oki Setiana Dewi selaku pimpinan Pesantren Tahfidz Maskanul Huffadz pun tak kuasa menahan tangis karena ikut menyaksikan acara tersebut sampai dengan selesai (22/12/21).