Cinta, menjadi topik sepanjang masa yang tidak pernah ada habisnya. Laris menjadi bahan perbincangan semua kalangan terutama remaja. Namun sayangnya makna cinta sendiri dipersempit, seolah sekadar perasaan seorang laki-laki dan perempuan.
Padahal makna cinta itu luas. Terlebih jika memahaminya dari sumber cinta itu sendiri: Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Keluasan makna cinta inilah yang Sahabat Ali bin Abi Thalib jelaskan kepada anaknya dalam percakapan berikut:
Sewaktu masih kecil, Husain, cucu Rasulullah ﷺ bertanya kepada ayahnya, Sahabat Ali ra. “Apakah ayah mencintai Allah?”
Sahabat Ali ra. menjawab, “Ya.”
Lalu Husain bertanya lagi, “Apakah ayah mencintai kakek dari Ibu?” Sahabat Ali ra. kembali menjawab, “Ya.”
Husain bertanya lagi, “Apakah ayah mencintai Ibuku?”
Lagi-lagi Sahabat Ali ra. menjawab,”Ya.”
Husain kecil kembali bertanya, “Apakah ayah mencintaiku?”
“Ya, tentu saja, Anakku,” jawabnya dengan lembut.
Terakhir Husain yang masih polos itu bertanya, “Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?”
Kemudian Sahabat Ali ra. menjelaskan, “Anakku, pertanyaanmu sungguh hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi ﷺ), ibumu (Fatimah ra.) dan kepada kamu sendiri adalah kerena cinta kepada Allah. Sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Swt.”
Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu, Husain jadi tersenyum mengerti.
Percakapan ini senada dengan hadits riwayat Anas ra., ia berkata: Nabi ﷺ bersabda: Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat menemukan manisnya iman, yaitu orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain, mencintai orang lain hanya karena Allah, tidak suka kembali ke dalam kekufuran (setelah Allah menyelamatkannya) sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka. (Shahih Muslim No.60)
Semoga seperi Husain, kita pun mengerti dan mulai meningkatkan kecintaan kita kepada Allah dan Nabi Muhammad ﷺ lebih dari segalanya di dunia ini.