“Hidup ini layaknya bermain film, yang membutuhkan skenario untuk menjalankannya. Bedanya, kita adalah aktor utama. Yang menentukan sukses atau tidaknya kita, tergantung bagaimana cara kita menghadapi hidup kedepannya.”
-Jamil Azzaini
.
Seorang anak remaja berumur 13 tahun bercita-cita ingin menjadi seorang insinyur pertanian. Kehidupannya yang miskin, membuatnya beranggapan bahwa menjadi insinyur pertanian akan mengangkat derajat keluarganya suatu saat kelak.
Di masa itu, keluarganya tergolong sebagai keluarga termiskin kedua di kampungnya yang bertempat di PTPN 10 Lampung saat itu.
Sedangkan orang-orang yang dihormati, adalah para administratur kebun. Yang mana, hampir semua administratur kebun yang ada di sana adalah insinyur pertanian.
Cita-citanya yang dianggap terlalu tinggi, menjadikan ia dihina setiap saat oleh teman-temannya, bukan hanya perkataan kasar yang sering ia dengar, bahkan gangguan fisik dari teman-temannya pun sering ia rasakan.
Suatu saat, ayahnya meminta ia untuk ikut ke kebun untuk menanam jagung. Ayahnya ingin mengajarkan sesuatu kepada anaknya. Sambil menanam bibit jagung, beliau berkata, “Nak, kamu tau alasan kenapa jagung ini di tanam?”
Dengan polos anak itu menjawab, “Kenapa ditanam yah? Kan kasihan bibitnya ditimpa dengan tanah, nanti dia merasa kesakitan ayah.”
Kemudian ayahnya berkata lagi, “Nak, jagung ini ibarat kehidupan kita, Jika tidak ditanam jagung ini akan dimakan burung. Jagung ini ditanam agar ia tumbuh. Untuk hasil yang baik, jagung ini perlu disiram dan diberi pupuk. Seperti itu pula kehidupan kita, disiram artinya diisi dengan ilmu, sedangkan pupuk artinya adalah dengan banyak berteman. Di antara banyaknya teman, pasti ada yang tidak suka dan mencela kita. Nak, anggap mereka seperti pupuk kandang yang akan menjadikan kita terus tumbuh.”
Nasihat sang ayah pun menjadi pegangan baginya untuk meraih kesuksesan. Alhasil, dengan berbagai rintangan dan cobaan yang ia hadapi, anak itu tumbuh dan berhasil meraih mimpinya menjadi insinyur pertanian.
Bukan hanya itu, ia juga sukses dibidang bisnis, berhasil menerbitkan beberapa karya tulisnya menjadi best seller. Selain itu, saat ini ia sedang sibuk dengan pelatihan-pelatihan, memberikan motivasi ke berbagai seminar untulk menginspirasi banyak orang melalui kisahnya.
*Kisah singkat ini dikutip dari cerita asli kisah hidup pak Jamil Azzaini.
Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran berharga, bahwa tidak ada resep ampuh menjadi sukses kecuali dengan kesungguhan. Hal apapun yang ingin kita raih, tidak akan tercapai tanpa adanya keseriusan dalam menjalankan prosesnya.
Karena untuk menjadi sukses bukan tentang cerdas atau tidaknya akal seseorang, tapi tentang seberapa gigih ia dalam berjuang meraih apa yang ia impikan.
Selamat berjuang, semoga bermanfaat 🙂