“Ada banyak cara Allah untuk melindungi diri kita dari hal-hal yang tidak Dia sukai, salah satunya adalah dipertemukan-Nya kita dengan orang-orang shalih.”
Sahabat Maffadz, mungkin banyak dari kita yang ngantuk, bosan, gagal faham, ketika duduk dalam majelis ilmu. Benar, kan?
Kira-kira, siapa yang akan kita salahkan? Setan kah? Atau ada sesuatu yang perlu dikoreksi lagi dari diri kita? Hmmm. . . Semua jawabannya benar.
Tentu sudah menjadi tujuan setan, menjerumuskan kita ke jalan yang sesat. Namun sebagai makhluk yang lemah, sudah seharusnya juga kita mengintrospeksi diri, bukan?
Kita ngantuk, mungkin karena kita terlalu banyak menghamburkan waktu dengan sosial media. Kita bosan, mungkin karena diri kita yang terlalu larut dalam gemerlapnya dunia. Kita gagal faham, mungkin karena hati kita yang terlalu kotor.
Hati yang kotor disebabkan karena banyaknya maksiat yang telah kita perbuat. Dengan sengaja Allah tunda kepahaman kita terhadap ilmu sampai hati kita benar-benar dalam keadaan bersih.
Sahabat Maffadz pasti tau kan, bahwa ilmu adalah cahaya. Cahaya itu adalah milik Allah. Sedangkan Allah, tidak akan memberikan cahaya-Nya kepada ahli maksiat.
Sebelumnya, sahabat pernah sempat berpikir seperti ini, gak sih? “Aku ngantuk, lebih baik aku gak ikutan kajian deh,” atau “Aku susah fokus, mendingan aku tidur aja.” Dan banyak lagi alasan lainnya.
Nah, sadarkah kita? Pikiran-pikiran seperti itu adalah taktik iblis untuk menggoda manusia agar menjauh dari ilmu. Karena 1 ahli fiqih lebih ditakuti setan dari pada 1000 ahli ibadah yang bodoh.
Seperti yang telah dijelaskan di dalam kitab Tanqih al-Qoul al-Hatsits bi Syarh Lubab al-hadits karya Imam Nawawi, terdapat hadist tentang keutamaan orang yang berilmu, yaitu:
وقال صلى الله عليه وسلم فَقِيْهٌ وَاحِدٌ مُتَوَارِعٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ مُجْتَهِدٍ جَاهِلٍ وَارِعٍ
Nabi Saw. Bersabda: “Seorang faqih (alim dalam ilmu agama), wara’ (menjaga diri dari hal-hal yang Allah haramkan) adalah lebih ditakuti syaitan dibanding seribu ahli ibadah yang bersungguh-sungguh tapi bodoh, (meskipun) wara’.”
Sahabat Maffadz, meskipun kita belum bisa memaksimalkan pemahaman kita dalam menuntut ilmu, jangan khawatir, semuanya akan berproses. Ingat, ilmu adalah milik Allah. Meskipun belum paham dengan ilmu yang diajarkan, semestinya kita harus tetap bersyukur kepada-Nya.
Kenapa harus bersyukur?
Karena Allah, telah mengizinkan kita duduk bergabung dalam majelis ilmu. Setidaknya, kita terhindar dari kemaksiatan, terhindar dari hal-hal yang bisa merusak iman, serta Allah lindungi kita dari kesibukan-kesibukan yang tidak ada manfaatnya untuk akhirat kita.
Disitulah letak keuntungan berharga, jika kita duduk di taman-taman surga (Majelis ilmu). Selain itu, Allah juga akan menurunkan rahmatnya ke setiap majelis-majelis yang di dalamnya senantiasa mengingat dan membahas kebesaran Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Artinya: “Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (Para malaikat) di hadapan-Nya.” [HR Muslim, no. 2699].
Sahabat Maffadz, sayang sekali, bukan? Jika kita lebih memilih menghabiskan waktu untuk kepentingan dunia dari pada menginvestasikan waktu kita untuk tabungan amal di akhirat.
Sampai di sini, yakin, masih tidak mau berlama-lama dalam majelis?. . .