Skip to main content

“Demi masa, sesungguhnya manusia kerugian.” (Al-Ashr/103: 1)

Ayat di atas mewakili sekaligus merangkum begitu banyak ayat Al-Quran yang berkenaan dengan waktu dan kelalaian manusia dalam memanfaatkannya. Kesibukan bekerja demi mencukupi kehidupan sehari-hari memang kebutuhan. Namun, jangan sampai kesibukan itu melalaikan kita dari menyiapkan bekal akhirat dengan menjalani kehidupan di dunia ini sesuai tuntunan Al-Quran.

Dunia ini begitu singkat dan kematian semakin dekat. Setiap hari, manusia diberi Allah kebebasan memilih antara merugi atau memperbaiki diri. Begitu juga dengan kesibukan yang dijalani, apakah ada waktu yang diluangkan untuk Al-Quran atau tidak sama sekali.

Dilihat dari hubungan kesibukan dan Al-Quran ini, maka ada dua golongan manusia:

Golongan Merugi

Golongan ini berisi orang-orang yang sepanjang waktu hanya fokus mengejar kesenangan duniawi. Dalam hidupnya Al-Quran hanya dibaca dalam beberapa momen sakral. Sebagian dari golongan ini masih membaca Al-Quran namun sangat jarang karena mereka memilih menunggu waktu luang bukan dengan sengaja meluangkan waktu untuk Al-Quran.

Allah memperingati golongan ini dalam firman-Nya:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى () قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا () قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى ()
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Berkatalah ia, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman, “Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (Thaha/20: 124-126)
Allah menjadikan Al-Quran sebagai Adz-Dzikr (peringatan). Hanya dengan membacanya setiap hari dan berusaha memahami serta mengamalkannya perlahan-lahan, manusia tidak akan lupa dengan tujuan awal diciptakan: beribadah kepada Allah (Adz-Dzariyat/51: 56).

Golongan Beruntung

Golongan ini berisi orang-orang yang menyadari pentingnya Al-Quran sebagai pedoman. Mereka senantiasa meluangkan waktu khusus untuk mempelajari petunjuk dalam Al-Quran agar tidak salah memilih jalan. Membaca Al-Quran adalah sebaik-baik dzikir untuk mengingat Allah, dan hanya dengan mengingat Allah, hati merasakan ketenangan. (Ar-Ra’d/13: 28)

Bukan hanya itu, begitu banyak keberkahan yang mereka peroleh dari keistiqomahan membaca Al-Quran. Salah satunya disebutkan dalam hadits berikut:

عَن اَبٍي سَعيدٍ رَضَي اللٌهُ عَنهٌ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌه صَلٌى اللٌه عَلَيهٍ وَسَلٌمَ يَقُولُ الرَبُ تَبَاَركَ وَتَعَالى مَن شَغَلَهُ الُقرُانُ عَن ذَكرِي وَمَسْئلَتيِ اَعطَيتُه اَفضَلَ مَا اُعطِي السْاَئِلينً وَفَضلُ كَلآمِ اللٌه عَلى سَائِرِ الكَلآمِ كَفَضلِ اللٌه عَلى خَلقِه (رواه الترمذي والدارمي والبيهقي في الشعب).

Dari Abu Sa’id r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Allah berfirman, ‘Barang siapa yang disibukan oleh al Qur’an daripada berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sesuatu yang lebih utama daripada yang Aku berikan kepada orang-orang yang memohon kepada-Ku dan keutamaan kalam Allah diatas seluruh perkataan adalah seumpama keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (Hr. Tirmidzi, DArami, dan Baihaqi)

Jika golongan pertama lupa membaca Al-Quran karena kesibukan mereka, golongan ini lain halnya. Mereka disibukkan dengan Al-Quran sehingga lupa meminta kepada Allah. Namun Allah tidak lupa memenuhi kebutuhan mereka bahkan Allah lebihkan dari apa yang Dia berikan kepada orang-orang yang meminta.

Golongan ini jauh dari kata merugi. Sebagaimana firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,” (Fathir/35: 29)

Pertanyaannya, kita termasuk yang mana?

Mengakui kelalaian dan kekhilafan adalah kunci perubahan ke arah yang lebih baik. Pengakuan tersebut harus diiringi dengan penyesalan yang sungguh-sungguh dan pertaubatan yang tidak boleh ditunda-tunda. Kecuali jika manusia ingin ditimpa penyesalan yang tidak berguna yaitu penyesalan di akhirat.

Sulit belajar Quran karena kesibukan kuliah atau bekerja? Bilmas (Bimbingan Luar Maskanul Huffadz) hadir sebagai solusi. Daftar sekarang atau pelajari lebih lanjut.

Di dalam Al-Quran, Allah telah memberikan solusi agar Al-Quran menjadi kesibukan juga agar kesibukan tidak menghalangi dari membaca Al-Quran. Allah berfirman:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Al-Insyirah/94: 7)

Menurut Ibnu Katsir, فَإِذَا فَرَغْتَ  artinya “Maka apabila engkau telah selesai dengan urusan duniamu dan فَانصَبْ artinya “Tetaplah semangat dan konsentrasi untuk urusan akhirat.”

Sayangnya, setelah menyelesaikan urusan dunia, kebanyakan orang memilih rebahan atau menghibur diri dengan berselancar di dunia maya dengan dalih mengapresiasi diri setelah lelah beraktivitas seharian. Padahal selain tubuh, batin mereka juga sangat lelah karena tidak mendapat asupan dari Al-Quran. Selain itu, bukankah Al-Quran adalah sebaik-baik penghibur?

Leave a Reply