Panggilan untuk Bucin-Bucin, Waktunya Baper Fi Sabilillah | 5 Tanda Cinta Allah kepada Hamba-Nya

Sengaja nggak diterbitkan pas Valen***, karena kasih sayang satu ini tak kenal tanggal. Kasih sayang dari Pencipta yang Maha Cinta. Diriwayatkan bahwa Allah memiliki 100 rahmat. Seluruh kisah romantis antarmakhluk di dunia ini, sejak doeloe sampe kini, bersumber dari 1 rahmat yang Allah turunkan ke bumi.

Lah, 99 lainnya?

Simak baik-baik hadits ini, ya . . .

“Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.”(Muttafaq ‘alaih)

Bucin sejati pasti baper banget baca ini. Bucin sejati pasti mendamba 99 rahmat yang Allah tangguhkan. Tapi apakah kita layak? Apakah kita termasuk dalam ‘hamba-hamba’ yang disebut dalam hadits di atas?

Seperti apa hamba-hamba yang kelak mendapatkan rahmat-Nya? Tentu mereka adalah hamba-hamba yang dicintai Allah. Apakah kita dicintai? Kayaknya, nggak deh 🙁

Eits, jangan insecure dulu, dong!

Mungkin kamu belum peka sama kode-kode cinta dari Allah. Berikut penulis coba rangkum, 5 tanda Allah mencintai seorang hamba. Semoga kita salah satunya, ya 🙂

Diterima di muka bumi

Bukan orang yang diharapkan pergi, melainkan orang yang kehadirannya senantiasa dinanti. Tanpa dia, seolah ada yang kurang. Hampa. Dia begitu dicintai penduduk bumi karena Allah mencintainya.

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah ﷺ bersabda:

إذا أحبَّ الله العبدَ نادى جبريل: إن الله يحبُّ فلانًا فأحبِبْه، فيحبه جبريل، فينادي جبريل في أهل السماء: إن الله يحب فلانًا فأحِبُّوه، فيحبه أهل السماء، ثم يوضع له القبول في الأرض

“Apabila Allah mencintai seorang hamba maka Dia menyuruh Jibril. Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah dia, maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril menyeru penduduk langit, ”Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia, maka penduduk langit pun mencintainya, kemudian dia menjadi orang yang diterima di muka bumi.” (HR. Al Bukhari)

 

Diberikan pemahaman agama

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ

”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan kepada yang tidak dicintai, namun tidak memberikan agama kecuali kepada orang yang dicintai-Nya. Maka, barangsiapa yang Allah berikan agama, berarti Allah mencintainya.” (HR. Ahmad)

Bagaimana tidak? Dengan ilmu agama ini, derajat seseorang diangkat, derajat demi derajat, kepada Allah semakin dekat dan taat. Bukankah menuntut ilmu agama adalah fardu’ain? Betapa Allah mewajibkan kita agar mendapatkan cinta-Nya. Jangan sampai kita rugi karena mengenyampingkan agama ini.

 

Doanya pasti dikabulkan

Para penghafal Al-Qur’an di Maskanul Huffadz atau di luar sana pasti pernah mengalami ini. Baru terbesit di hati pengen sesuatu, tiba-tiba ada di depan mata. Kita sering mendengar gombalan, “Apa sih yang nggak buat kamu?”. Bedanya ini tuh real, bukan gombalan doang.

Allah memberi yang kita minta dengan skenario romantis-Nya:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيَّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلِيَّ عَبْدِيْ بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلِيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ. ولايَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ

“Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi wali- Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah Hamba-Ku mendekat kepada- Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari pada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan Ibadah-Ibadah Sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya.” (HR. Al Bukhari)

 

Diberikan cobaan

Barangkali ini adalah kode yang paling sulit kita pahami. Akibatnya, bukannya berterimakasih karena dicintai, kita malah mengeluh. Padahal dengan cobaan ini, ada dosa-dosa yang Allah ampuni. Dengan cobaan ini juga, Allah menuntun kita yang tersesat kembali ke jalan yang lurus.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ bersabda:

إن عِظَم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله تعالى إذا أحَبَّ قومًا ابتلاهم، فمَن رضي فله الرضا، ومَن سخِط فله السخط

“Sesungguhnya besarnya balasan disertai besarnya bala, dan apabila Allah SWT mencintai suatu kaum Dia memberi cobaan kepada mereka. Maka siapa yang ridha maka baginya ridha dan siapa yang marah maka baginya kemarahan.” (HR. Bukhari)

 

Dimudahkan dalam beramal

Peka banget kalo ada peluang kebaikan. Ada kotak infak dia sedekah. Ada sampah dia buang ke tempatnya. Ada temen lagi futur dia nasehatin. Baginya, setiap peluang amal sekecil apapun tidak boleh dilewatkan, karena tidak ada yang tahu amal soleh mana yang mengantarkannya ke surga.

إذا أراد الله بعبدٍ خيرًا، استعمله قبل موته، فسأل رجلٌ من القوم: ما استعمله؟ قال: يهديه الله تبارك وتعالى إلى العمل الصالح قبل موته، ثم يقبضه عليه

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan dia beramal, lalu dikatakan: apakah maksud dijadikan beramal itu? Beliau bersabda, “Allah bukakan untuknya amalan saleh sebelum meninggalnya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridha kepadanya.” (HR. Ahmad dan Al Hakim)

Ada peluang kebaikan buat kamu: sedekah untuk bantu pengembangan dakwah digital di Maskanul Huffadz. 

Gimana? Dari kelima kode itu, mana yang saat ini kamu rasakan? Berapapun itu, jangan lantas kepedean, ya. Sebab harap harus selalu bersanding takut. Penulis hanya ingin mengajak pembaca belajar peka dan mensyukuri cinta-Nya, bukan merasa cukup lalu enggan berbenah. ***