“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.” -Soekarno, 1962.
Kita semua berduka dengan peperangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Sebagai rakyat Indonesia kita sepakat untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia. Namun sebagian penduduk dunia ini memandang sebagian yang lainnya sebelah mata. Dengan alasan warna kulit dan agama, mereka menyayangkan apa yang menimpa Ukraina.
Sementara untuk Palestina, mata mereka tertutup sempurna.
Sebaliknya, mata kita haruslah terbuka selebar-lebarnya. Sebagai rakyat Indonesia, kita sadar bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini, ada dukungan besar dari Palestina. Begitu mendengar janji kemerdekaan untuk Indonesia diumumkan Kaiso di hadapan parlemen pada 6 September 1944, Palestina langsung mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto.
Bahkan pada hari itu juga, mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dan Muhammad Ali Taher, saudagar kaya Palestina, menyebarluaskan dukungan Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia melalui radio berbahasa Arab yang ada di Berlin. Di sana mereka sedang bersembunyi di tengah situasi sulit pada permulaan Pedang Dunia II.
Tidak berhenti di situ, Palestina juga membantu melobi negara-negara di Liga Arab untuk turut mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dukungan besar itu kini menjadi PR besar bagi Indonesia. Hasil Konferensi Asia Afrika pada 1955 di Gedung Merdeka belum sukses terealisasi. “Dari konferensi tersebut tersisa satu PR (pekerjaan rumah) bersama yaitu kemerdekaan Palestina,” kata Retno LP Marsudi, Menlu Indonesia, saat meresmikan Palestine Walk untuk membuka Palestine Solidarity Week pada Sabtu, 13 Oktober 2018.
Dalam peresmian tersebut juga hadir Menlu Palestina Riyad al-Maliki dan mantan Wali Kota Bandung, Almarhum Oded M Daniel yang pada hari itu bertutur, “”Mudah-mudahan ini sejarah buat kita bangsa Indonesia khususnya warga Bandung untuk mengingat bahwa Palestina adalah negara yang dulu memberikan dukungan kemerdekaan bagi Indonesia.” Senada dengan beliau, Riyad berharap dengan berjalan di area tersebut, rakyat Indonesia mengingat Palestina yang masih memperjuangkan kemerdekaannya.
Para pengurus Maskanul Huffadz berkesempatan mengunjungi lokasi bersejarah tersebut dalam rangkaian rihlah (19/2/2022). Yang mana dari rihlah ini, harapannya bukan hanya foto dan cerita keseruan jalan-jalan yang mereka bawa, melainkan juga pelajaran dan wawasan. Sejarah Palestine Walk salah satunya, yang mengingatkan kita akan hadits:
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رضي الله عنهما- قال: قال رسول الله ﷺ:، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Dari Nu’man bin Basyir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari no 6011 dan Muslim no 2586).
Bantu perjuangan saudara-saudara kita di sana dengan doa dan apapun yang bisa kita berikan untuk mengobati luka mereka. Sebagai satu tubuh, sudah seharusnya kita peka. Jika tidak, pertanyakan diri kita: benarkah kita beriman? (12/3/22)