Yang di kupingnya terngiang-ngiang lagu Tulus, ngumpul dulu yuk! Kita berbagi insight 🙂
Kalo dari liriknya, secara tersurat Tulus menceritakan dua insan yang sama tapi tak berujung bersama. Namun bagi pendengar yang tidak mengalami hal serupa, insightnya bisa lebih luas lagi. Bagi saya misalnya, lagu ini secara tersirat mengajarkan bahwa hidup adalah perjalanan. Agar sampai ke tempat tujuan dengan selamat, kita harus berhati-hati.
عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
Dari Ibnu Umar ra. berkata: Rasulullah SAW memegang kedua pundak saya seraya bersabda: “Hiduplah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau seorang yang sedang melakukan perjalanan (pengembara).” (HR. Bukhari)
Sebagai pengembara, kita memerlukan peta untuk sampai di tujuan. Peta itu adalah Al-Quran dan yang kita tuju adalah keridhoan Allah. Melalui ayat-ayat-Nya Allah menuntun dan memperingati kita:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِى مُسْتَقِيْمًا فَا تَبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوْا السُبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia! Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (lain) yang akan mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am/6: 153)
Pernah nanya alamat di jalan? Kalau yang ditanya bilang, “Lurus aja sampe mentok,” kita ngga khawatir nyasar, kan? Sayangnya jalan lurus yang satu ini berbeda. Emang sih lurus aja, tapi banyak jalan lain yang menggoda kita berbelok. Simak analogi ini deh!
Dari Nawas bin Sam’an Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Allah azza wa jalla membuat permisalan sebuah jalan yang lurus, di samping kiri kanannya ada dua pagar dan pada kedua dinding pagar tersebut terdapat banyak pintu yang terbuka, namun pada pintu-pintu itu terdapat tirai penutup yang terjulur. Di pintu masuk jalan yang lurus tersebut ada penyeru yang mengatakan, “Wahai manusia! Masuklah kalian semua ke jalan itu dan janganlah kalian menyimpang.” Ada juga penyeru lain di atas jalan tersebut. Jika ada orang yang hendak membuka tirai penutup (salah satu pintu pada dinding tembok) tersebut, sang penyeru itu akan mengatakan “Celaka kamu! Jangan kamu membukanya kamu pasti akan masuk ke pintu itu.” Jalan itu adalah Islam kedua pagar itu adalah batasan-batasan (aturan-aturan) Allah, pintu-pintu yang terbuka itu adalah hal-hal yang diharamkan oleh Alah azza wa jalla, penyeru yang ada di pintu masuk jalan itu adalah Kitab Allah ‘azza wa jalla, sementara penyeru yang berada di atas jalan itu adalah peringatan Allah ‘azza wa jalla yang berada di hati setiap kaum muslim.” (HR. Ahmad)
Selain pintu-pintu terbuka yang merupakan perumpamaan larangan Allah, kemantapan langkah kita di jalan yang lurus ini semakin diuji dengan adanya musuh yang telah bersumpah.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (Al-A’râf/7:16-17)
Agar selamat dunia akhirat, jangan tertipu segala maksiat yang dijadikan terasa indah oleh setan. Agar selamat dunia akhirat, jangan turuti nafsu yang menuntunmu mengikuti langkah-langkah setan. Kalaupun kita tertipu, terjebak dan tersesat, bergegaslah bertaubat.
Coba perhatikan lagi surat Al-Araf di atas! Iblis menghalangi kita dari berbagai arah kecuali? Atas. Betul? Mengapa?
Mengutip dari tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Abu Talhah —dalam riwayat Al-Aufi, yang kedua-duanya dari Ibnu Abbas— menyebutkan bahwa dari muka mereka artinya dari arah dunia mereka. Dari belakang mereka artinya urusan akhirat mereka, dari kanan mereka artinya dari arah kebaikan-kebaikan mereka, dan dari kiri mereka artinya dari arah kejahatan-kejahatan mereka.
Namun setan tidak mampu mendatangi dari arah atas, sebab dia tidak mampu menghalangi anak Adam dari rahmat Allah.
Sebanyak apapun kita bermaksiat dan sejauh apapun kita tersesat, ingatlah bahwa ampunan Allah amat luas. Jangan berputus asa dari rahmat Allah (Az-Zumar 53) dan bersegeralah bertaubat.
Selain itu, kunci berhati-hati di jalan yang lurus ini adalah dengan menjaga shalat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan: “Do’a yang paling besar manfaatnya tidak lain adalah do’a meminta petunjuk jalan yang lurus, yaitu dalam surat Al-Fatihah. Oleh karena itu, setiap muslim akan mengulang-ulang do’a ini dalam shalatnya minimal dalam sehari semalam sebanyak tujuh belas kali. Orang yang mendapat jalan yang lurus pasti akan dimudahkan untuk melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan, sehingga dia tidak akan ditimpa keburukan baik di dunia atau di akhirat.” (Majmu’ Al Fatawa, 14/320)
Sekian dulu, mari melanjutkan perjalanan!