Sahabat Maffaz yang dirahmati Allah, tahukah kita? Pada bab Fakir dan Zuhud dalam Kitab Minhajul Qashidin dijelaskan bahwa, setan itu ibarat an*ing di depan pintunya Allah, yang menghalangi manusia untuk memasukinya.
Padahal, pintu itu selalu terbuka tanpa penghalang. Sementara dunia, diibaratkan hanya seperti sepotong roti. Apa yang diperoleh setiap orang dari dunia, walaupun hidup seribu tahun lamanya, maka itu lebih sedikit dari sepotong roti.
Karena itu, perlu rasanya kita zuhud terhadap kenikmatan-kenikmatan dunia untuk meraih kenikmatan-kenikmatan akhirat yang tidak ada bandingannya. Macam-macam zuhud dari sisi apa yang diinginkan, terbagi menjadi tiga derajat:
- Zuhudnya orang-orang yang takut, yaitu zuhud dengan tujuan agar selamat dari siksa, hisab, dan ketakutan-ketakutan yang dihadapi manusia.
- Zuhudnya orang-orang yang berharap, yaitu zuhud karena berharap pahala dan kenikmatan yang dijanjikan. Mereka ini meninggalkan kenikmatan karena mengharapkan kenikmatan yang hakiki.
- Zuhudnya para muhsinin, yaitu orang-orang yang memahami ilmu-ilmu tentang Allah. Golongan ini bukanlah mereka yang zuhud terhadap dunia, bukan pula zuhud karena mengharapkan kenikmatan. Akan tetapi, mereka yang zuhud dengan niat agar bisa bertemu dengan Allah. Inilah tingkatan zuhud yang paling tinggi. Bagi mereka, kenikmatan bertemu dengan Rabbnya jauh lebih bererti dari pada kenikmatan-kenikmatan yang ada di surga.
Sahabat Maffaz, dari ketiga tingkatan zuhud yang telah penulis sebutkan di atas, di manakah posisi kita?