Dari Asy’abi beliau berkata, Manakala Sayyidina Ali ditikam, dengan tikaman tersebut beliau berkata, “Apa yang dilakukan orang-orang terhadap orang-orang yang menikamku?” Mereka menjawab, “Kami sudah menangkapnya.”
Kemudian beliau berkata, “Beri dia makan dari makananku dan minuman dari minumanku. Bila aku hidup maka aku akan menetapkan keputusanku padanya, bila aku mati maka tebaslah dengan sekali tebasan dan tidak lebih.”
Kemudian Sayyidina Ali meminta Al-Hasan untuk memandikannya, dan berkata, “Jangan bermahal-mahal dalam urusan kafan, karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Jangan bermahal-mahal dalam urusan kafan, karena sesungguhnya ia akan cepat di tanggalkan.” (HR. Abu Dawud no. 3154). Bawalah aku dengan beeerjalan sedang, tidak tergesa-gesa dan tidak berlambat-lambat, bila baik maka kalian menyegerakanku kepadanya, bila sebaliknya maka kalian telah melepaskanku dari pundak kalian.”
Diriwayatkan bahwa pada malam di mana Sayyidina Ali ditikam, Ibnu At-Tayyah datang kepada beliau saat fajar sudah terbit untuk membangunkan beliau shalat, saat itu Sayyidina Ali masih tidur dan badan beliau masih terlihat berat, dia kembali lagi dan Sayyidina ali masih seperti itu.
Dia datang lagi untuk yang ketiga kalinya, maka dia bangkit dan berjalan, dia berkata pada dirinya sendiri,
Kencangkan ikat pinggangmu untuk menghadapi kematian
Karena kematian pasti menjemputmu
Jangan gundah dengan kematian
Sekalipun ia tiba di halamanmu.
Manakala Sayyidina Ali tiba di pintu kecil sana, Abdurrahman bin Muljam menyerang dan menikam beliau.
Begitulah kisah detik-detik wafatnya sayyidina Ali bin Abu Thalib r.a. Semoga dari kisah singkat ini kita bisa mengambil hikmah dan menjadikan kita untuk senantiasa mengingat mati.
Wallahu a’lam bisshoab. . .
(Kisah ini dikutip dari kitab Minhajul Qashidin bab Cinta, Rindu, dan Ridha kepada Allah)