Bayangkan jika jantungmu terancam berhenti berdetak karena tidak ada darah yang terpompa! Itulah yang dialami seorang pria Mesir, sebut saja Fulan, berdasarkan kisah yang saya rangkum dari Ustadz Mezan Abdel.
“Pembuluh darah Anda nyaris tertutup,” kata dokter tempatnya berobat di Mesir.
“Bisakah saya menjalani operasi, Dokter?” tanya Fulan.
“Operasinya akan sangat sulit dan terlalu berbahaya,” ujar dokter tersebut mengingat fasilitas yang belum memadai. Fulan pun disarankan untuk melakukan operasi di Eropa.
Pergilah Fulan ke Jerman. Di sana, penyakitnya dinyatakan tambah parah.
“Peluang berhasilnya operasi ini hanya 50%,” kata dokter Jerman tersebut.
Mendengar itu, Fulan mulai berpikir jika ini boleh jadi hari-hari terakhirnya. Maka tanpa pikir panjang, ia minta dokter memberinya 2 hari untuk pulang sebelum operasi dijalankan. Ia ingin mengunjungi keluarga, kerabat, dan temannya.
Fulan tidak mau meninggal dengan utang yang belum dibayar maupun kesalahan yang belum dimaafkan.
Dokter pun memberinya izin dengan syarat ‘jangan terlambat’ mengingat pembuluh darahnya tertutup nyaris sempurna.
Di perjalanan ke rumah, ia bertemu seorang wanita di dekat toko daging. Wanita itu memungut tulang-tulang kecil yang terjatuh alias ‘sampah’.
Si Fulan pun bertanya, “Apa yang kau lakukan?”
“Aku mengumpulkan ini untuk anak-anak ku,” jawab wanita itu.
“Mengapa?”
Wanita itu berujar, “Kami tidak punya uang dan anak-anak saya sudah 2 tahun tidak merasakan enaknya makan daging. Inilah satu-satunya cara agar mereka bisa makan daging.”
Mendengar pengakuan wanita itu, si Fulan langsung berkata kepada tukang daging.
“Wanita ini akan datang ke tokomu setiap pekan dan kamu harus memberinya daging yang cukup untuk dimakan keluarganya. Aku akan membayar totalnya selama setahun sebagai jaminan agar kamu memberinya daging setiap pekan selama satu tahun.”
Wanita tersebut tidak tahu bagaimana hendak membalas kebaikan Fulan selain dengan berdoa. Ia memohon kepada Allah, sebaik-baik Pemberi balasan.
“Ya Allah berilah ia kesehatan. Ya Allah bahagiakanlah ia. Ya Allah, kabulkanlah segala hajatnya,” tutur doa wanita tersebut dari hati yang terdalam menembus segala lapis langit.
Ketika si Fulan sampai di rumah, anak perempuannya berkata, “Ayah, wajah Ayah terlihat berbeda.”
“Alhamdulillah,” jawab Fulan, “Semoga Allah mudahkan operasi ayah di Jerman, ya, Nak.”
Setelah mengunjungi semua keluarga, kerabat, dan teman-temannya, ia kembali lagi ke Jerman.
Setelah melakukan pemeriksaan pra-operasi, sang dokter dengan heran bertanya, “Ke rumah sakit mana Anda berobat?”
“Saya tidak pergi ke rumah sakit manapun,” jawabnya.
“Tapi Anda sepertinya baru-baru ini mengonsumsi obat ampuh yang membuka semua pembuluh jantung Anda.”
Si Fulan terkejut mendengarnya.
“Pembuluh darah Anda sudah kembali normal, tidak ada masalah. Anda tidak membutuhkan operasi ini lagi,” kata dokter yang juga masih tidak percaya.
Fulan pun teringat dengan wanita yang ditolongnya. Begitulah cara Allah menolong hamba-Nya, sebagaimana dikatakan dalam hadits:
وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Rasulullah SAW. juga bersabda, “Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk (su’ul khotimah), Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri.” (HR Thabrani)
“Sesungguhnya Allah-lah sang Penyembuh dan Dia telah menyembuhkanku,” kata si Fulan, menutup kisah ini.
Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini. Kesadaran akan singkatnya hidup menggerakkan Fulan untuk bersedekah karena ia tahu bahwa sedekahnya adalah untuk dirinya sendiri baik di dunia maupun di akhirat.
Mungkin kita tidak menderita sakit yang sama seperti Fulan, tapi tidak ada yang menjamin kita hidup sampai esok hari. Untuk itu, mari kita manfaatkan waktu yang kita miliki untuk menebar manfaat bagi sesama. Dalam hal ini, Fulan telah mencontohkan salah satu amalan yang paling dicintai Allah.
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ
“Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain.” (Hadits)
Sebentar lagi kita akan merayakan Idul Adha. Manfaatkan momen berbagi kebahagiaan sebagai momen melatih kedermawanan. Mari kita siapkan apapun yang bisa kita korbankan. Mungkin kita belum mampu membeli kambing, tapi setidaknya kita berpartisipasi dalam pemotongan maupun pembagian daging nantinya.
Alternatif lain, Sahabat bisa belajar berkurban lewat program tabungan dan patungan hewan qurban yang diadakan banyak lembaga termasuk Maskanul Huffadz. Selengkapnya bisa kunjungi Instagram @maskanulhuffadz.program
Semoga bermanfaat!
*Pssst . . . membagikan artikel ini juga sedekah, lho 😉