Di suatu tempat, terdapat satu bangunan sekolah, yang mana sekolah itu dibuka untuk setiap kalangan, termasuk binatang-binatang yang ada di hutan.
Para binatang pun bersemangat untuk mengikuti semua kegiatan yang sudah ditetapkan oleh sekolah itu. Muridnya cukup banyak, yang sebagiannya didominasi oleh binatang. Seperti gajah, katak, burung elang, bebek, ular, jerapah, cacing, singa, ayam, monyet, dan hewan-hewan yang ada di lautan pun juga ikut mendaftarkan diri menjadi murid di sekolah itu.
Waktu terus berjalan, satu semester telah dilewati. Teori yang sudah disampaikan guru, dapat dipahami dengan baik. Saatnya memasuki waktu ujian, seluruh murid diminta untuk mempraktikkan apa yang sudah mereka pelajari selama satu semester.
Jika mereka berhasil, maka akan mendapatkan nilai dan peringkat yang baik, sekaligus pertanda bahwa mereka lulus pada ujian semester pertama, dan berhak melanjutkan program belajar di semester berikutnya. Namun, jika mereka gagal atau tidak maksimal, itu artinya mereka belum boleh melanjutkan program belajar ke semester berikutnya, dan harus kembali mengulang sebagaimana program belajar pada semester yang pertama.
Ujian 1: Memanjat
Semua peserta ujian diminta untuk memanjat pohon kelapa setinggi 37 meter dalam waktu 30 menit. Peserta yang pertama adalah Gajah.
“Bagaimana aku bisa memanjat pohon ini, sedangkan tubuhku besar dan berat?” keluhnya sambil memandang pohon tersebut.
Mau tak mau, ia mencoba memanjat pohon tersebut, berusaha dengan segala upaya, hasilnya nihil dan gagal. Kemudian, dilanjutkan dengan peserta ujian yang kedua, Monyet.
“Ini adalah keahlianku. Bagaimana mungkin aku bisa gagal?” ucapnya angkuh.
Ia pun mencoba tes itu dengan hati yang mantap. Benar saja, ia berhasil melakukannya dengan baik. Semua terpukau dengan keahlian yang Monyet miliki. Dampaknya, hewan-hewan yang lain merasa insecure dan bodoh.
Ujian 2: Berenang
“Kalau disuruh berenang, aku adalah jagonya.” Seru Ikan, kala itu.
Tanpa pikir panjang, ia pun langsung menunjukkan kemampuan hebatnya dalam berenang. Lagi-lagi, semua hewan sangat takjub dan merasa semakin tidak percaya diri.
Setelah Ikan, peserta ujian yang berikutnya adalah Elang.
“Wah, sudah pasti aku gagal. Bagaimana mungkin, ahli terbang dipaksa untuk berenang?” Ia mulai pesimis.
Setelah dicoba, ternyta ia bisa melewatinya. Namun hasilnya buruk, dadanya sesak karena paru-paru nya penuh terisi air. Dan tetap saja, ia dinyatakan gagal dalam ujian ini.
Ujian 3: Terbang
Semua peserta ujian diminta untuk terbang setinggi mungkin. Peserta pertama pada ujian terbang kali ini adalah Ular.
“Oh tidak, betapa mustahil aku bisa terbang tanpa sayap” ucapnya dalam hati.
Dengan terpaksa, Ular pun mencoba terbang, berusaha sebisa mungkin, tapi hasilnya sama saja, tidak berhasil.
Peserta ujian selanjutnya adalah Elang, ia berkata, “Kalau soal terbang, aku tak bisa diragukan.” Elang pun mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi, memamerkan kemampuannya kepada peserta ujian lainnya. Pertunjukan yang luar biasa itu, sukses meraih skor tertinggi pada ujian ketiga, yaitu terbang.
Ujian telah usai, semua menerima hasilnya masing-masing. Tidak ada yang benar-benar berhasil lulus pada ketiga tes yang diujikan untuk mereka. Monyet unggul di bidang memanjat tapi tidak pada ujian terbang. Ikan unggul dengan ujian berenangnya namun gagal pada ujian memanjat. Sedangkan Elang, meskipun ia tidak bisa melewati ujian renang dengan baik, tapi nilainya cukup memuaskan pada ujian terbang.
Selesai. . . . (Dikutip dari buku Ayah Edy)
Sahabat Maffaz semua, kira-kira apa hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini? Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kisah inspiratif ini, salah satu diantaranya adalah, jangan sesekali kita meremehkan orang lain karena kegagalannya, karena setiap orang adalah yang terbaik di bidangnya masing-masing.
Allah berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al-Hujurat: 11)
Albert Einstein mengatakan, “Semua orang itu jenius. Tetapi jika Anda menilai ikan dengan kemampuannya untuk memanjat pohon, percayalah itu adalah bodoh.”
So, tinggalkanlah kesombongan. Sering kali kita lupa bahwa di atas langit masih ada langit, dan bawalah rasa syukur itu kemanapun kita pergi, karena hendaknya kita senantiasa ingat, bahwa di bawah tanah masih ada tanah.
Semoga bermanfaat 🙂