Skip to main content

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran/3: 104)

Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami, tim Maffaz Dakwah Organizer (MDO), yang dipilih Allah untuk membersamai Ummi Pipik dalam meneruskan perjuangan dakwah suami beliau, Alm. Ustadz Jefri. Sehingga tidak ada rasa keberatan begitu mengetahui bahwa kami dijadwalkan berangkat pada hari Ahad (26/6). Bukankah dakwah tidak kenal istirahat?

Ummi Pipik sendiri baru pulang dari Lampung (20/6) usai mengisi kajian di 9 titik selama 3 hari 2 malam. Dan ini merupakan kali kedua kami membersamai dakwah beliau di Jawa Timur setelah sebelumnya beliau mengisi di 8 titik yang meliputi Surabaya, Sidoarjo, dan Malang pada bulan Ramadhan lalu. Adapun kali ini, kota yang beliau hadiri adalah Surabaya, Gresik, dan Mojokerto.

Tim yang berangkat berjumlah 6 orang yang terdiri dari tiga akhwat dan tiga ikhwan. Semuanya adalah santri alumni Maskanul Huffadz dari cabang, angkatan, dan daerah asal yang berbeda. Namun kami memiliki misi yang sama; mendakwahkan Al-Qur’an. Adapun perbedaan yang ada menjadikan perjalanan kami lebih berwarna.

Kami tiba di Bandara Internasional Juanda menjelang dzuhur. Ustadz Afandy dari komunitas Odoj (One Day One Juz) dan rekannya menyambut, mengantar, dan membantu segala keperluan kami di lapangan. Hari itu, kami mendatangi setiap titik untuk melakukan briefing dengan panitia setempat demi kelancaran acara selama dua hari ke depan.

Masjid Baiturrozaq Sier, titik safari dakwah terdekat dari bandara, membuat kami berdecak kagum. Terletak di tengah danau buatan, masjid ini seolah mengapung. Pohon bambu tumbuh di sepanjang jalan yang membelah danau menuju masjid, melindungi pengunjung yang tengah memancing dari terik matahari siang.

Berlokasi di daerah industri, dikelilingi pabrik-pabrik, membuat masjid ini menjadi alamat untuk beristirahat dari hiruk pikuk dunia.

Selanjutnya, kami menuju titik pertama yang akan dihadiri Ummi Pipik yaitu Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Masjid terluas kedua setelah Istiqlal ini merupakan masjid dengan mihrab terbesar di Indonesia. Kemudian kami ke titik kedua yang tak jauh dari sana, Masjid Al-Ikhlas Palm Spring.

Menjelang ashar, usai briefing semua titik di Surabaya, kami melewati jalan tol menuju Mojokerto. Persawahan dan gunung memanjakan mata kami hingga akhirnya sampai di eLKISI Edupark. Pondok pesantren berbasis edukasi dan sosial keummatan ini, dengan pemandangan alamnya yang indah, sangat cocok menjadi titik terakhir safari dakwah.

Jamaah safari dakwah Ummi Pipik, Masjid al-Akbar Surabaya

Masjid Rahmat Mojokerto yang kami sambangi menjelang maghrib menjadi titik briefing penutup pada hari itu. Sementara Masjid Jami’ Darussalam Gresik yang tidak kami kunjungi karena jarak yang jauh, dikoordinir langsung oleh rekan-rekan dari Odoj.

Senin pagi (27/6), pelataran Masjid Al-Akbar Surabaya dipadati ibu-ibu majelis taklim. Air mancur di tengah pelataran menambah keindahan dari taman surga ini. Pekikan takbir menyambut kedatangan Ummi Pipik yang mengenakan busana serba hitam.

Kepada jamaah Ummi Pipik menyampaikan pentingnya meminta taufik. Adapun yang dimaksud dengan taufik, Ummi Pipik mengatakan, “Kehendak yang datang dari Allah untuk kita supaya kita mudah dalam beramal,” yang beliau kaitkan dengan firman Allah dalam QS. Ar-Ra’d/13 :11.

Di sela-sela materi, ibu empat anak ini mengajak jamaah untuk bershalawat yang beliau pandu menggunakan nada yang tidak asing lagi di telinga kita. Begitu selesai, Ummi Pipik bertanya, “Jadi inget siapa, Bu?” Serentak ibu-bu menjawab, “Uje.”

Sambil tertawa, Ummi Pipik mengatakan, “Ingat Allah, Bu, kok inget makhluk.”

Ada penggalan materi yang selalu Ummi Pipik ulangi, memetik hikmah dari skenario takdir yang beliau jalani. Kurang lebih bunyinya begini, “Perpisahan di dunia adalah wajar, karena dunia adalah tempat meninggal bukan tempat tinggal.” Beliau mengajak kita mengingat satu-satunya yang tidak pernah meninggalkan kita; Allah. Kalau kita melupakan-Nya di dunia, Dia akan melupakan kita di akhirat.

Sebagaimana firman Allah, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-ku, niscaya Aku ingat kepadamu.” (QS. Al-Baqarah/2 :152)

Di Masjid Al-Ikhlas, bakda dzuhur, kajian dibuka dengan pembacaan tiga ayat terakhir surah At-Tahrim oleh panitia setempat. Tiga ayat tersebut berisi tentang perumpamaan perempuan kafir dan perempuan beriman, sesuai dengan tema yang diusung yaitu Meneladani 4 Wanita yang Dirindukan Surga.

Sayyidah Maryam bint Imran, salah satunya. Namanya yang diabadikan menjadi nama surah dalam Al-Qur’an dan nama Nabi Muhammad Saw. baru-baru ini dilecehkan oleh perusahaan miras dengan dalih strategi promosi. Tim kami yang bertugas menyampaikan program setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an berharap kajian hari itu dapat menambah kecintaan terhadap dua sosok mulia tersebut sekaligus bentuk kecaman untuk kedzaliman para pelaku.

Setelah membahas bagaimana menjadi istri yang shalihah, di Masjid Baiturrozaq Sier, Ummi Pipik membahas parenting ala Nabi Ibrahim as. Dari bakda ashar, jamaah menyimak dengan saksama hingga menjelang maghrib. Bersama tenggelamnya matahari, Ummi Pipik beserta tim melanjutkan perjalanan ke titik keempat, Masjid Jami’ Darussalam Gresik.

Kami sampai di lokasi tepat setelah sholat Isya berjamaah. Teman-teman panitia dari Odoj yang kompak mengenakan jilbab merah muda terlihat sedang mengarahkan dan mengondisikan jamaah. Di sini, Ummi pipik menyampaikan ciri-ciri keluarga yang dirindukan surga. Kajian yang berlangsung hingga setengah sepuluh malam itu diakhiri dengan doa yang dipimpin langsung oleh Ummi Pipik.

Malam terasa begitu singkat, matahari kembali terbit, menandakan saatnya perjalanan kami berlanjut.

Di tengah penyampaian materi, Ummi Pipik ajak jamaah bershalawat bersama

Dari penginapan di Gresik menuju Masjid Rahmat Mojokerto memakan waktu lebih dari satu jam. Setibanya di sana, ibu-ibu telah memadati masjid hingga halaman yang telah digelar karpet dan dipasangi tenda. Mereka membawa serta anak-anak, siap mendengarkan kajian yang bertema Pilar-Pilar dalam Membangun Keluarga Sakinah.

Salah satu pilar yang disebutkan Ummi Pipik ialah komunikasi antara suami dan istri. Hendaknya seorang istri memberikan perhatian kepada suami dan menjalankan setiap perintahnya supaya suami ridho terhadapnya. Hal ini senada dengan hadits dari Ummu Salamah ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wanita mana saja yang telah meninggal dunia dan lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk ke dalam surganya Allah SWT.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kajian ditutup begitu memasuki waktu dzuhur. Ummi Pipik dan tim langsung bertolak menuju eLKISI Edupark. Pemandangan Gunung Pananggungan dapat dinikmati dari jendela aula pesantren tersebut. Sehingga, selagi menunggu kedatangan Ummi Pipik, peserta kajian dapat berguru pada alam, mentadabburi ayat-ayat kauniyah.

“Intinya, untuk menyiapkan generasi terbaik, terlebih dahulu kitanya yang harus menjadi lebih baik,” ujar Ummi Pipik sebelum menutup acara dengan doa bersama yang diaminkan oleh ribuan jamaah paling setia; malaikat.

Selain pamit dengan panitia yang merupakan mahasantri dari Pondok Pesantren eLKISI, di titik ini juga kami berpisah dengan Ummi Pipik juga Ustadz Afandy dan keluarga. Sebenarnya ingin sekali kami ikut Ummi Pipik berziarah ke makam Habib Abubakar bin Muhammad Umar Assegaf di Gresik, namun kami harus langsung ke bandara, ada tugas lain yang menunggu kami di pesantren.

Terima kasih untuk seluruh komunitas, panitia, dan seluruh pihak yang terlibat, serta jamaah yang kami harapkan doanya agar Ummi Pipik dan tim senantiasa diberikan kesehatan untuk dapat melanjutkan safari dakwah ini ke kota-kota lainnya.

Adapun kota selanjutnya yang akan Ummi Pipik kunjungi adalah Sukabumi. Follow Instagam @maffazdakwahorganizer untuk jadwal dan lokasi detilnya. Kajian ini terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Jamaah hanya diminta untuk tertib dan mematuhi protokol kesehatan. Adapun infak yang terkumpul akan disalurkan 100% untuk membantu santri penghafal Al-Quran di Maskanul Huffadz. (29/06/22)

Leave a Reply