Skip to main content

Selama ini banyak muslim yang belum menyadari bahwa hari raya Islam bukan hanya idul fitri dan idul adha saja, ternyata ada satu hari raya lagi bagi umat muslim, yang mana hari raya ini terulang di setiap pekannya, yakni hari Jum’at.

Kenapa hari Jum’at dikatakan sebagai hari raya bagi umat Islam?

Hari Jum’at sendiri diambil dari kata dalam bahasa Arab, yaitu ijtima’ yang artinya berkumpul. Dimana seluruh umat muslim diperintahkan berkumpul pada hari itu untuk melaksanakan shalat dan dzikir bersama. Hal ini disyariatkan oleh Rasulullah Saw guna menyelisihi hari raya kaum kuffar, yang mana kaum Yahudi berkumpul pada hari Sabtu dan kaum Nasrani berkumpul pada hari Minggu.

Selain itu, hari Jum’at juga disebut sebagai Sayyidul Ayyam yang berarti penghulu dari segala hari. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda dalam shahih Muslim, “sebaik-baik matahari terbit adalah pada hari Jumat. Yaitu hari dimana Nabi Adam diciptakan, hari dimana kita dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan dari neraka.”

Maka, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak shalawat pada hari itu, memperbanyak tilawah, hari yang baik untuk bersedekah, memakai wewangian, dan juga disunnahkan untuk berdo’a di akhir hari Jum’at, karena pada saat tersebut terdapat waktu terkabulnya segala permohonan.

Lantas, apa perbedaannya dengan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha?

Berbeda dengan hari raya Jum’at tadi, Idul Fitri dan Idul Adha adalah hari raya umat muslim yang tidak terulang dalam setahun. Dalam artian, dua hari raya ini hanya terdapat 1 kali dalam setahun.

Setelah umat muslim menyempurnakan ibadah puasanya selama 1 bulan penuh di bulan Ramadhan, maka pada 1 Syawal umat muslim diperintahkan untuk berkumpul, berdzikir dan bertakbir untuk merayakan hari kemenangan sebagai bentuk syukur atas hidayah dan kesempatan ibadah yang telah Allah berikan.

Sedangkan hari raya Idul Adha disebut sebagai hari Nahr, yang artinya adalah hari penyembelihan, yang mana hari ini juga merupakan hari raya terbesar dan terbaik, karena ia berurutan setelah menyempurnakan ibadah haji. Rasulullah Saw bersabda, Sesungguhnya hari yang teragung disisi Allah adalah hari nahr.” Dishohihkan oleh Albani dalam Shohih Abu Dawud.

Ketika seorang muslim menyempurnakan ibadah hajinya, maka dosanya diampuni. Dan ibadah haji disempurnakan dengan hari Arafah dan wukuf di Arafah, karena itu termasuk puncak dalam ibadah haji. Sebagaimana sabda Nabi Saw, Haji itu Arafah.” (HR. Tirmizi no. 889) dinyatakan shohih oleh Albani dalam ‘Irwa’ Golil, (1064).

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arafah adalah hari pembebasan dari api neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa saja yang sedang wukuf di Arafah dan penduduk negeri kaum muslimin yang tidak melaksanakan wukuf. Oleh karena itu, hari setelah hari Arafah –yaitu hari Idul Adha- adalah hari ‘ied bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Baik yang melaksanakan haji dan yang tidak melaksanakannya sama-sama akan mendapatkan pembebasan dari api neraka dan ampunan pada hari arafah.”

Maka, di hari raya Idul Adha ini, dianjurkan bagi umat muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan nusuk, yaitu menumpahkan darah (kurban).

Wallahu a’lam.

 

 

Leave a Reply