Skip to main content

maskanulhuffadz.com – Kalau bicara soal dunia, banyak dari kita yang sudah tahu, bahwa dunia ini tidak kekal dan bersifat sementara. Namun, hanya sedikit dari kita yang peduli tentang berita itu.

Bahkan, sebagian manusia menganggap berita kematian, alam kubur, yaumul hisab, dan segala hal yang berhubungan dengan akhirat, hanya sebagai kabar angin semata.

Manusia gila dengan dunia.

Mengejar popularitas, mendambakan jabatan setinggi-tingginya, sampai-sampai tak mau kalah dengan perkembangan zaman.

Padahal telah Allah jelaskan dalam firmannya:

 يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ ۖوَّاِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

“Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (Ghafir/40: 39)

Rasulullah juga bersabda, “Perbandingan antara dunia dan akhirat bisa diukur dengan seseorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam air laut. Lihatlah, seberapa banyak air yang ia dapatkan di jari tangannya itu.” (HR Ibnu Majah dari Al-Mustaurid)

Hei, sadar. . . .

Kita perlu mempersiapkan amal!

Karena malaikat Izrail, tidak akan pernah sekalipun memberikan dispensasi untuk kita.

Ingatlah! Sekali lagi, kematian itu benar adanya.

Berbeda dengan kita, para ulama terdahulu telah sampai pada derajat zuhud. Bagi mereka, tidak ada kelezatan hidup kecuali menghabiskan umur dengan menghambakan diri pada Rabbnya.

Tidak heran, jika dunia tidak ada harganya lagi bagi mereka. Imam Asy-Syafi’i berkata, “Jika ada seseorang yang menjual dunia ini kepadaku dengan nilai harga sepotong roti, niscaya aku tidak akan membelinya.” (Imam Asy-Syafi’i)

Dikatakan dalam kitab Ta’limul Mutallim, “Dunia ini sedikit dari yang sedikit, dan yang mencintainya adalah hina dari yang terhina.”

Ada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Suatu ketika, Utsman bin Affan bercerita, “Suatu saat di tengah hari, aku melihat Zaid bin Tsabit keluar dari istana Marwan. Dalam hati, saya bertanya-tanya, ada apakah ia gerangan pada saat seperti ini? Aku yakin, pasti ada sesuatu yang penting ia bawa.”

Utsman mendekati Zaid dan langsung bertanya, ”Ada apa gerangan wahai Zaid?”

Zaid menjawab, ”Aku membawa sesuatu yang aku dengar langsung dari Nabi SAW.”

Utsman bertanya lagi, ”Apa yang Nabi SAW sabdakan kepadamu?”

Zaid menjawab, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang menjadikan dunia sebagai ujung akhir ambisinya, Allah akan pisahkan ia dengan yang diinginkannya (dunia), lalu Allah akan menjadikan kefakiran membayang di pelupuk kedua matanya. Padahal Allah sudah pasti akan memberikan dunia kepada setiap manusia sesuai dengan yang telah Ia tetapkan. Tapi siapa yang menjadikan akhirat sebagai ujung akhir ambisinya, maka Allah akan mengumpulkan dan mencukupi segala kebutuhannya di dunia. Lebih dari itu, Allah akan membuat hatinya menjadi kaya. Dunia akan selalu mendatanginya, meskipun ia enggan untuk menerimanya”. (HR Ibnu Majah dari Utsman bin Affan).

Ulama sekelas Imam Asy-Syafi’i saja enggan membeli dunia dengan nilai harga sepotong roti. Lantas, kenapa masih ada manusia yang rela menjual diri hanya demi secuil gaji?

Nau’dzubillah. . . .

Semoga Allah menjauhkan kita dari segala sesuatu dari apa yang Ia murkai, dan semoga Allah mendekatkan kita dengan segala sesuatu dari apa yang Ia ridhoi. Aamiiin…..

One Comment

Leave a Reply