Skip to main content

maskanulhuffadz.com – Tidak ada profesi yang paling mulia dari pada profesi yang mengajak/mengajarkan kebaikan pada orang lain. Profesinya para Anbiya’ yang sampai saat ini, masih diamalkan oleh para ulama.

Bisa kita bayangkan, bagaimana jadinya jika kita hidup di dunia tanpa kehadiran seorang guru.

Dunia hancur berantakan, amburadul, tak karuan. Semua manusia bertingkah laku bagai binatang, yang hanya memperturutkan hawa nafsunya karena ia tidak bisa mengendalikan akalnya.

Betapa kuasanya Allah, menjadikan manusia sebagai makhluk paling mulia karena ia memiliki akal sekaligus nafsu.

Yang mana telah kita ketahui, jika ia bisa mengendalikan nafsu dengan akalnya, maka derajatnya lebih tinggi dari pada malaikat yang sama sekali tidak memiliki nafsu.

Namun, jika ia memperturutkan hawa nafsunya tanpa memedulikan akalnya, maka derajatnya lebih rendah dari pada binatang yang tidak pernah mempergunakan akalnya.

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi dari Abu Hurairah)

Guru bukan hanya sekadar mentransfer ilmu, tapi guru merupakan pendidik yang mengajarkan akhlak agar para muridnya bukan hanya menjadi orang yang berpendidikan, tapi juga yang beradab mulia.

Kalau hanya mementingkan nilai kepintaran, tentu Google lebih cerdas dari pada kita. Tapi, kalau soal pendidikan karakter, tidak ada aplikasi atau alat canggih apa pun yang terbukti bisa mengajarkan manusia tentang adab.

Guru itu penting. Ibnu al-Mubarak, sebagaimana dikutip oleh Imam Muslim mengatakan bahwa:

الإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

“Sanad adalah urusan agama. Kalau urusan sanad tidak diperhatikan, maka setiap orang bisa bicara apa saja sekehendak hatinya.”

Benar apa yang dikatakan oleh Ibnu Mubarak, setiap orang bisa mengatakan apa pun yang dikehendakinya, namun tidak semua yang dikatakan seseorang itu benar, karena tidak jelas dari mana sumbernya.

“Penghafal Quran yang tersebar di seluruh penjuru dunia saat ini tidak akan terwujud tanpa adanya para penghafal Al-Qur’an yang lebih senior, mereka pun bersambung hingga ke para guru-guru mereka yang bersambung kepada guru-guru sebelumnya, kemudian bersambung lagi ke generasi tabiin, tidak berhenti di situ, generasi tabiin bersambung pada para sahabat, para sahabat bersambung ke Rasulullah, Rasulullah pun masih berguru pada Jibril as, dan Jibril as. Bersambung langsung kepada Gurunya para guru, Sang Pemilik Ilmu itu sendiri, Allah. SWT.” (Dikutip dari buku Kun Bil Qur’ani Najman)

Itulah rantai sanad Al-Qur’an yang kita baca dan hafal sampai saat ini.

Ki Hajar Dewantara juga mengatakan, “Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah.”

Ilmu itu ibarat udara, kita bisa temukan di mana pun dan kapan pun. Sekalipun yang kita temui adalah seorang bocah, selalu ada pelajaran yang bisa kita ambil.

Tahukah kamu? Manusia menurut kepekaannya ibarat orang yang sedang memakan daging. Terbagi menjadi 3 kategori:

Orang yang mengambil daging dan membuang tulang. Artinya adalah orang yang selalu mengambil yang baik-baik dan bermanfaat dari segala sesuatu, sementara yang buruk dan tidak bermanfaat, akan ia buang.

Orang yang mengambil tulang dan membuang daging. Maksudnya adalah orang yang hanya memperhatikan keburukan dari kesalahan orang lain atau hal apa pun, sehingga kebaikan tidak lagi bermanfaat untuknya.

Orang yang tidak menyentuh daging dan tulang. Kategori ini adalah orang yang sama sekali tidak memedulikan segala sesuatu, sehingga ia tidak mendapatkan apa pun.

Dari ketiga kategori di atas coba koreksi diri kita, tergolong manakah kita?

Jangan sampai, kita tergolong dalam kategori orang-orang yang hanya memandang buruknya saja, atau bahkan tidak mendapatkan apapun.

Jika kita termasuk dalam golongan pertama, maka seperti itu pula seorang guru. Ia tidak akan memberikan hal buruk kepada muridnya.

Ilmu yang ia dapat tidak ingin tersumbat, sehingga ia sebarkan, ia ajarkan kembali pada muridnya.

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, guru juga merupakan orang yang berani mengajar dengan tidak pernah berhenti untuk belajar.

Di Hari Guru Nasional ini, penulis mengucapkan salam hormat untuk seluruh pelopor perubahan, pembangkit peradaban, pencetak generasi-genenasi quran. Semoga Allah memberkahi ilmu yang sudah disebar dan diajarkan, serta Allah mudahkan segala urusan dunia akhirat.

Teruntuk para guru yang ada di seluruh penjuru dunia, terima kasih banyak. 🙂

 

 

Leave a Reply