maskanulhuffadz.com – Setiap jiwa pasti akan mati. Namun sangat sedikit jiwa yang menyiapkan kematiannya. Padahal kematian adalah gerbang kehidupan yang sebenarnya.
Di dalam hadits dikatakan, mukmin yang paling bijak adalah yang paling banyak mengingat mati dan yang paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Apakah kita termasuk mukmin yang bijak tersebut?
Sudah sebanyak apa kita mempersiapkan bekal? Sedangkan seorang ulama sekelas Abu Hurairah pun masih mengkhawatirkan bekalnya.
Menjelang wafatnya dikisahkan, beliau radhiallahu anhu menangis. Kemudian ada yang bertanya kepada beliau, “Apa yang membuatmu menangis?”. Beliau pun menjawab, “Aku bukan menangis karena dunia yang akan aku tinggalkan ini. Tapi aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekalku teramat sedikit, sementara bisa jadi nanti sore aku harus mendaki jalan ke surga atau neraka, dan aku tidak tahu akan kemana kah digiring diriku nanti?”
Lalu, Abu Hurairah berdoa, “Ya Allah, aku merindukan pertemuan dengan-Mu, kiranya Engkau pun berkenan menerimaku. Segerakanlah pertemuan ini!” Tak lama kemudian, Abu Hurairah berpulang ke Rahmatullah. (Ibn Rajab, Jami` Al`Ulum wa Al Hikam).
Penghujung tahun 2022 ini bijaknya dijadikan momentum untuk muhasabah, merenungi firman Allah dalam QS. Al-Hasyr ayat 18, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Hidup adalah perjalanan dan alangkah ruginya mereka yang beban dosanya jauh lebih banyak dari bekal amal shalih.***