MASKANULHUFFADZ.COM – Niat merupakan poin utama dalam nilai suatu amal. Dalam kitab Talim Muta‘alim karangan Syeikh Az-Zarnuji pada bagian awal dijelaskan bahwa:
“Berapa banyak amal yang kelihatannya urusan dunia tapi dinilai oleh Allah sebagai urusan akhirat karena niatnya baik (tulus).”
Niat memiliki 2 fungsi yaitu pertama, membedakan antara satu ibadah dengan ibadah yang lain. Kedua, membedakan tujuan seseorang dalam beribadah. Apakah tujuannya mengharap ridho Allah atau untuk mengharap pujian manusia dan pencapaian-pencapaian dunia saja.
Adapun urgensi dari niat ada tiga yaitu pertama, Yahya bin Abi Katsir menurutnya pelajarilah niat, karena ia lebih dahulu sampai pada Allah sebelum amal. Kedua, Mutharrif bin Abdullah, baiknya hati adalah dengan baiknya amalan, dan baiknya amalan adalah dengan baiknya niat. Katiga, Sufyan Ats-Tsauri, tidak ada sesuatu yang paling berat untuk saya obati, kecuali masalah niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik dalam diriku.
Maka, hendaklah seorang muslim memperhatikan niatnya sebelum melakukan amal. Setidaknya ada 3 hal yang perlu diperhatikan, bahwa seseorang akan merugi jika mereka beramal niatnya hanya mencari target dunia. Berikut penjelasannya:
- Allah tidak akan memberikan pertolongannya di dunia kecuali sekedarnya saja.
مَنْ كانتِ الدُّنيا همَّه فرّق الله عليه أمره ، وجَعَلَ فقرَه بين عينيه ، ولم يأتِهِ من الدُّنيا إلا ما كُتِبَ له، ومَنْ كَانَتِ الآخرةُ نيَّته جمَعَ الله له أمرَه ، وجعل غِناه في قلبِه، وأتته الدُّنيا وهي راغمةٌ
Artinya: “Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai puncak niatannya, niscaya Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefakiran menghantui dirinya, sedangkan dunia tidak akan datang kepadanya melainkan sekedar apa yang telah ditetapkan. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat itu niatnya, niscaya Allah menghimpunkan segala urusannya serta menciptakan rasa cukup dalam hatinya sementara dunia datang tunduk kepadanya dalam keadaan hina,” (HR Ahmad dan Ibnu Majah dari Hadist Zaid bin Tsabit).
- Beramal shaleh dengan niat duniawi bisa tergolong perbuatan syirik.
- Tidak mendapatkan kebaikan pun di akhirat kelak.
Allah menegaskan perihal ini dalam Quran surah Al-Isra ayat 18, sebagai berikut:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهٗ فِيْهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَنْ نُّرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهٗ جَهَنَّمَۚ يَصْلٰىهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا
Artinya: “Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami kehendaki. Kemudian, Kami sediakan baginya (neraka) Jahanam. Dia akan memasukinya dalam keadaan tercela lagi terusir (dari rahmat Allah).”
Yuk, simak puisi tentang niat berikut:
“Ku Mohon Libatkan Aku”
Hera Nurpadilah-Santri Maskanul Huffadz PDQ
Pada malam yang sebenarnya sama seperti malam biasanya
Terselip kebahagiaan sampai kembang tak lagi tumbuh di atas tanah
Ia mekar, mempesona di atas langit
Seindah semanga baru yang deras menghujani penduduk bumi
Waktu berjalan, menjeput batasnya
Lima detik lagi tahun ini turun tahta
Semuanya kembali berlomba pada asa dan cita yang baru
Hanya aku yang tertinggal, mereka melangkah maju tak memperdulikanku
Aku sering sekali ditinggalkan
Menetap di setiap hati manusia
Selalu bergelut dengan masa
Sebab tuanku sering lupa
Resolusi bukan sekedar asa dan cinta yang ditulis di dalam buku
atau diposting di sosial media
Jika boleh ku katakan sesuatu pada tuan
Aku juga bagian dari resolusi
yang harus tuan perbaharui setiap tahunnya
Karena ini menyangkut keberkahan segala amal tuan pada Sang Pencipta
Aku adalah niat
yang ingin tuan perhatikan
Kumohon, libatkan aku di setiap langkah tuan
Jangan lupakan aku, apalagi sampai berdebu.
Baca Juga : Ketua MUI Ceramah di Maskanul Huffadz, Bangun Kemauan untuk Mencapai Cita-Cita