MASKANULHUFFADZ.COM – Salah satu ciri hati penduduk surga adalah memiliki hati seperti burung. Lalu kenapa Allah memperumpamakan dengan burung? Hal tersebut dijelaskan dalam hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَقْوَامٌ أَفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أَفْئِدَةِ الطَّيْرِ
Artinya: “Akan ada sekelompok orang yang masuk surga, hati mereka seperti hati burung,” (HR Muslim).
Menurut Imam An-Nawawi, ulama memaknai hati seperti burung ini dalam tiga perkara yaitu:
1. Hati penduduk surga itu lembut seperti burung. Hal ini diibaratkan dengan sifat burung yang begitu lembut, yang terlihat dari tingkah laku mereka.
Seperti cara mereka terbang dengan lembut, mendarat tidak kasar, lalu hinggap di dedaunan tanpa merusak tumbuhan yang dihinggapinya, lalu saat burung mencari makan ia tidak serakah.
Maksudnya, seseorang yang berhati lembut itu mereka tidak pernah berbuat kerusakan di lingkungan mereka tinggal, yang kehadirannya sangat disenangi, hanya mengambil hak yang mereka butuhkan, dan terutama saling berbagi dengan sesama.
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ
Artinya: “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap urusan,” (HR Bukhari).
2. Hatinya senantiasa takut kepada Allah. Seorang yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta, takut, dan harap adalah ciri dari orang yang bertauhid.
Rasa takut dan harap kepada Allah itu seperti dua sayap burung, seorang mukmin harus bisa menyeimbangkan antara keduanya. Rasa takut kepada Allah akan menjadi perisai baginya dari kemaksiatan, sedangkan rasa harap adalah bentuk penghambaannya kepada Allah dalam menggapai cintanya. Oleh karena itu, seorang hamba jangan pernah meninggalkan tiga amalan hati ini dalam beramal.
3. Memiliki hati yang penuh dengan rasa tawakal dalam mencari rezeki. Allah menjadikan burung sebagai perumpamaan untuk manusia belajar, salah satunya sikap tawakal yang dimilikinya. Seperti dalam firman Allah dalam Al-Quran surah An-Nahl ayat 79:
أَلَمۡ يَرَوۡاْ إِلَى ٱلطَّيۡرِ مُسَخَّرَٰتٖ فِي جَوِّ ٱلسَّمَآءِ مَا يُمۡسِكُهُنَّ إِلَّا ٱللَّهُۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ
Artinya: “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah, tidak ada yang menahannya selain Allah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman.”
Ayat di atas memberikan dua pembelajaran bagi manusia, ikhtiar yang terbaik dan bersandar kepada Allah.
Dua poin ini dapat dilihat dari sikap burung dalam mencari rezeki, ia memulai produktivitas hariannya sejak pagi hari sampai sebelum magrib, dan pada malam harinya ia fokus bermuamalah dengan keluarganya dan bertasbih kepada Allah.
Burung tidak pernah takut dan khawatir merasa kurang, sebab burung yakin rezekinya di hari esok sudah dijamin Allah. Tugasnya hanya memaksimalkan potensi yang dimilikinya tanpa mengkhayalkan jenis makanan apa yang akan didapatkannya di hari esok.
Inilah tiga sikap hati yang bisa kita contoh dari burung, berlemah lembut, merasa takut kepada Allah, dan bertawakal. Semoga Allah memberikan hati tersebut sehingga kita bisa melakukan pengembaraan untuk mencapai cakrawala surga tertinggi.
wallahu a’lam