“Selayaknya bagi manusia tidak meninggalkan untuk mengambil ilmu, senantiasalah mengambil ilmu sampai ia wafat”
Muhammad Jarir At-ThabariPemikir Islam
MASKANULHUFFADZ.COM – Waktu merupakan perkara yang sangat diperhatikan dalam Islam, bahkan banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang diawali dengan pembahasan waktu, di antaranya QS. Ad-Duha, QS. Al-Lail, QS. Al-Asr, QS. Al-Fajr, dan lainnya.
Bahkan ulama pun mengibaratkan waktu itu seperti pedang. Dalam kitab Al-Jawaabul Kaafi karya imam Ibnul Qayim rahimahullahu disebutkan bahwa Imam Syafi’i berkata,
الوقت كالسيف فإن قطعته و إلّا قطعتك, و نفسك إن لم تشغلها بالحق و إلاّ شغلتك بالباطل
“Waktu laksana pedang, jika engkau tidak menggunakannya maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak disibukkan dalam kebaikan pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia”.
Maqalat ini mengajarkan bahwa kita harus bisa mengelola waktu dengan baik, memanfaatkan nya dengan hal yang bermanfaat dan memberi kemaslahatan. Sementara itu, agar mendapatkan kebermanfaatan dari waktu, maka kita harus bisa memanajemen waktu dengan baik. Sebagaimana para ulama dan cendikiawan Islam terdahulu yang piawai dalam mengelola waktunya, sehingga setiap dari mereka pasti meninggalkan puluhan, ratusan bahkan ribuan karya yang bisa kita nikmati dan pelajari sampai sekarang.
Salah satunya, kita belajar dari Muhammad Jarir At-Thabari, seorang pemikir Islam dari Persia, lahir 224H dan wafat 310 H dalam usia 86 tahun. Muhammad Jarir At-Thabari namanya mahsyur seantero dunia akibat dari kitab karangannya yang terbilang ratusan ribu halaman.
Bahkan para ulama mendefinisikan keberhasilan Muhammad Jarir At-Thabari dalam mengarang kitab jika dihitung dengan lama usianya, maka ia harus menuliskan 14 halaman kitab setiap harinya sejak ia lahir sampai wafatnya. Masyaallah berkahnya waktu yang Allah berikan kepadanya…
Tentu hal ini mustahil dan tidak masuk akal bagi orang awam. Menurut muridnya Imam Al-Qadhi Al Kamil menceritakan, gurunya Muhammad Jarir At-Thabari sangat pandai membagi waktu siang dan malamnya untuk kemaslahatan dirinya, agama, dan sesama orang lain.
“Apabila telah selesai makan pagi terkadang Muhammad Jarir At-Thabari tidur sebentar sebelum Zuhur. Setelah itu, bangun untuk menunaikan Shalat Zuhur, dan melanjutkan dengan menulis sampai waktu Ashar tiba. Kemudian ia keluar dari rumah untuk Shalat Ashar di masjid, dan dilanjutkan dengan duduk di majelis bersama orang-orang untuk mengajar sampai datang Magrib. Setelah itu, ia mengajarkan Fiqih serta pelajaran lainnya sampai masuknya waktu Isya. Setelah Shalat Isya barulah Muhammad Jarir At-Thabari pulang ke rumah.”
Masyaallah, tentunya kemampuan Muhammad Jarir At-Thabari ini merupakan bukti keberkahan waktu yang Allah berikan kepadanya.
Bahkan diceritakan juga oleh muridnya, bahwa beberapa jam sebelum wafatnya Muhammad Jarir At-Thabari sempat menuliskan satu doa.
“Di akhir hayatnya Muhammad Jarir At-Thabari yang hampir mendekati sakaratul maut, ia mendengar satu faidah yang diriwayatkan Ja’far Shadiq bin Muhammad sebuah doa. Kemudian beliau meminta pena dan kertas dari muridnya untuk menuliskan faidah tersebut. Lalu muridnya bertanya kepadanya, “Sampai sekarang kamu masih belajar dan menuliskan faidah?” dan Muhammad Jarir At-Thabari menjawab, “Selayaknya bagi manusia tidak meninggalkan untuk mengambil ilmu, senantiasalah mengambil ilmu sampai ia wafat,” setelah beberapa waktu kemudian Muhammad Jarir At-Thabari wafat. Ia pun mengakhiri hidupnya dengan menulis ilmu.
Inilah kemuliaan yang Allah berikan kepada orang-orang yang mendekatkan dirinya dengan ilmu, Allah yang akan mengatur waktunya, sehingga waktu yang dimiliki menjadi berkah. Semoga kita menjadi orang-orang yang dipilih Allah menjadi hamba yang mencintai dan dicintai ilmu…Aamiin.