MASKANULHUFFADZ.COM – Ibnu Nafis adalah ulama asal Damaskus yang lahir pada 610 hijriah. Seorang ulama pengarang kitab Asy-Syamil Fit Thib sekaligus pensyarah kitab dari Ibnu Sina. Bahkan beliau dinobatkan sebagai Ibnu Sina Ast-Stani (Ibnu Sina yang kedua) dalam ilmu kedokteran. Seorang dokter yang tidak hanya pakar dalam ilmu umum namun juga pakar dalam ilmu syari’at.
Ibnu Nafis juga seorang pensyarah kitab ilmu mantiq, fiqih, ushul fiqh, sastra bahasa Arab, hadist, bayan, dan banyak ilmu syari’at lainnya.
Cara Belajar Ibnu Nafis
Kepintaran Ibnu Nafis tidak terlepas dari adab beliau dalam menuntut ilmu. Sebelum mulai menulis kitab, beliau selalu mempersiapkan beberapa pena terlebih dahulu. Kemudian, beliau menghadap ke tembok agar bisa lebih fokus, barulah beliau mulai menulis kalimat demi kalimat hingga menjadi berlembar-lembar. Kehebatannya dalam mengarang kitab bahkan disebutkan ulama seperti air yang mengalir dengan derasnya.
Selain pintar ia juga terkenal dengan semangat belajar yang tinggi. Dikisahkan pada suatu malam Ibnu Nafis bertemu dengan seorang ulama yang sangat tenar yaitu Ibnu Washi’. Setelah melaksanakan shalat Isya mereka duduk bersama untuk membahas ilmu ke ilmu sampai terbitnya fajar, dan mereka tidak merasakan itu.
Suatu hari, Ibnu Nafis memasuki hamam (bilik mandi). Tiba-tiba, sebuah persoalan ilmiah terlintas dalam benaknya. Ia pun segera keluar untuk menuliskannya sebelum kembali melanjutkan mandinya.
Dalam literatur sejarah dikisahkan sebelum wafatnya, Ibnu Nafis pernah mengalami sakit. Lalu, para dokter masa itu menyarankan ia untuk minum beberapa tetes khamar sebagai penyembuhan. Namun, Ibnu Nafis menjawab dengan lantang, “tidak mau aku bertemu dengan Allah, sedangkan di perutku ada minuman haram yang bersemayam.” Begitulah kewaspadaannya dalam menjaga dirinya dari keharaman, sebab ia malu dengan Allah.
Berkat kepintaran dan ketelitiannya dalam menjaga adab, Allah anugerahkan baginya pengetahuan yang tidak dipahami oleh kebanyakan orang. Ibnu Nafis menjadi seorang penemu pengaliran darah. Pada masa itu, para dokter meyakini bahwa darah hanya terdapat di hati, empedu, dan bagian atas tubuh, serta tidak mengalir. Namun, Ibnu Nafis menemukan bahwa darah mengalir dari kepala hingga ke seluruh tubuh, bahkan sampai ke ujung kuku. Berkat penemuan ini, beliau dinobatkan sebagai ilmuwan pertama yang menemukan fisiologi peredaran darah pada abad ke-7 Hijriyah.
Namun, kepintaran itu tidak membuatnya sombong. Ia tidak pernah menyebutkan dirinya sebagai dokter, tapi hanya sebagai orang yang masih belajar dalam ilmu kedokteran. Padahal, beliau adalah rujukan pertama dalam ilmu kedokteran.
Maasyaallah, luar biasanya para ilmuwan Islam. Mereka selalu mengedepankan adab di atas ilmu, karena mereka menyadari bahwa ilmu yang dimiliki sejatinya adalah titipan dari Allah. Semoga kisah ulama ini menjadi motivasi dan inspirasi bagi kita dalam belajar dengan penuh kerendahan hati.