MASKANULHUFFADZ.COM – Viral di media sosial (30/9) dua oknum guru di Pandeglang berperilaku tidak senonoh. Dua oknum ini mencoreng kehormatan seorang guru. Perbuatan mereka tersebar di seluruh media sosial yang menampilkan aksi karaokean saat tengah jam pelajaran. Lebih dari itu, aksi karaokean ini ditambah dengan perbuatan yang tidak senonoh yang melanggar kode etik seorang guru. Mereka dengan santai berpegangan tangan dan berpelukan dari arah belakang.
Kelakuan ini tentunya memberikan noda hitam terhadap peran dan kedudukan guru sebagai pendidik. Guru yang seharusnya mempunyai kedudukan yang tinggi, menjadi teladan dengan sikap dan akhlaknya, kini tercoreng karena kesalahan beberapa oknum.
Dalam perspektif Islam, guru memiliki tanggung jawab moral yang sangat besar. Al-Qur’an telah menampilkan kisah-kisah orang saleh sebagai teladan. Rasulullah pun diutus sebagai uswah hasanah (suri teladan terbaik) bagi umat manusia. Para sahabat dan ulama terdahulu juga menunjukkan bagaimana seorang guru bukan hanya menyampaikan ilmu, melainkan mendidik dengan keteladanan dan menjaga diri dari maksiat. Abdullah bin Mas‘ud r.a misalnya, dikenal sangat berhati-hati dalam ucapan dan perbuatan, sementara Imam Syafi‘i menekankan bahwa ilmu adalah cahaya yang tidak diberikan kepada pelaku maksiat.
Oleh karena itu, seorang guru semestinya lebih berhati-hati dalam setiap tindakannya. Etika dan adab adalah pilar utama yang mengangkat derajat seorang pendidik. Seorang guru yang menjaga kehormatan diri, menghindari maksiat, dan berusaha menjadi teladan akan melahirkan generasi yang berakhlak mulia.
Kasus viral ini seharusnya menjadi cermin bersama bahwa guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga mendidik dengan akhlak. Tanpa keteladanan, ilmu akan kehilangan maknanya.