MASKANULHUFFADZ.COM – Menuju satu dekade berdirinya Maskanul Huffadz (2016 hingga 2025). Pesantren tahfidz ini dengan penuh semangat dan keyakinan telah berhasil meluluskan ribuan hamilul Qur’an. Dedikasi dan perjuangannya dalam mengembangkan dakwah Qur’an terus beroperasi tidak hanya dalam ruang kelas namun hingga ke jalanan, lembaga sosial, lingkungan masyarakat, bahkan ke luar negeri.
Tentunya, keberhasilan ini ada peran orang-orang hebat di belakang layar yang teguh dan berkomitmen. Nama-nama mereka jarang tersebut di layar publik namun karya dan pancapaiannya mengilaukan mata manusia. Merekalah para guru hebat, yang selalu sabar, optimis, pantang menyerah, dan selalu mengobarkan semangat bagi santri agar mereka berhasil menghafalkan ayat demi ayat Al-Qur’an.
Maskanul Huffadz merupakan lembaga pendidikan yang memegang prinsip kekeluargaan. Salah satunya kebijakan peniadaan open rekrutmen tenaga kerja, karena pesantren ini berkomitmen menumbuhkan dan mengembangkan lembaga melalui sumber daya manusia internal.
Dedikasi Guru Qur’an
Begitu juga dengan tenaga pengajar merupakan lulusan Maskanul Huffadz sendiri. Di antaranya, Ustadzah Siti Nasimah yang telah mengabdikan diri selama enam tahun. Ustadzah ini merupakan pengajar senior di antara para musyrifah. Sementara banyak kolega seangkatannya telah beralih profesi bahkan menyelesaikan masa pengabdiannya di Maskanul Huffadz.
Komitmennya bertahan membersamai santri hingga hari ini dilandaskan karena kecintaanya dengan lingkungan Al-Qur’an.
“Bagi saya selagi masih di lingkungan Al-Qur’an dan lembaga yang terus menggaungkan Al-Qur’an tidak ada alasan untuk tidak bertahan,” jelas Ustadzah Siti Nasimah.
Pengalamannya membimbing sekaligus memimpin hampir delapan cabang se-Jabodetabek bukanlah hal mudah. Berbagai tantangan harus ia hadapi, mulai dari kewalahan menghadapi santri yang kritis, para pembimbing yang usianya hampir sebaya, hingga dinamika psikologi yang terus berubah. Di tengah itu semua, ia juga dituntut mampu menjadi sosok ibu bagi para santri, meski usianya masih sangat muda.
Mendampingi santri selama 24 jam bertahun-tahun membuatnya harus terus menghadirkan inovasi agar para santri dan musyrifah tidak merasa jenuh. Sebagai kepala cabang, ia harus memahami strategi dan metode yang tepat untuk menjaga mood dan stabilitas mereka. Pada posisi ini, komunikasi yang terbuka menjadi kunci, dan seluruh proses tersebut menjadi tantangan tersendiri yang harus ia hadapi setiap hari.
Dalam momentum Hari Guru Nasional, kita diingatkan kembali bahwa guru memegang peran besar dalam keberhasilan para santri. Meski kerap bekerja di balik layar, dedikasi dan perjuangan mereka tidak dapat disangkal. Terlebih bagi para guru Al-Qur’an, posisi mereka sangat mulia bukan hanya mengajarkan ilmu Al-Qur’an, tetapi juga membimbing santri berakhlak Al-Qur’an.










