Skip to main content

MASKANULHUFFADZ.COM – Sejak November 2025, linimasa media sosial dan berbagai kanal berita banyak membahas bencana yang melanda Sumatera. Peristiwa ini menjadi sorotan publik, mulai dari masyarakat umum, aktris, influencer, hingga elite politik dan pemerintah. Dampak bencana tersebut menjadi topik pemberitaan utama. Selain itu, media sosial juga turut meramaikan beragam fakta lapangan yang menyita perhatian dan menggugah emosi masyarakat.

Salah satunya, video yang menampilkan tumpukan pohon bergelimpangan akibat longsor dari perbukitan. Video yang beredar memicu perhatian publik. Muncul pertanyaan, apa sebenarnya yang menyebabkan kondisi tersebut? Lebih lanjut, ribuan dugaan bermunculan mengaggapi hal tersebut. Sebagian besar berpendapat, pepohonan tumbang disebabkan oleh derasnya debit udara yang melanda, sementara lainnya akibat penebangan liar. Bahkan ada yang menanggapi akibat alih fungsi hutan yang dijadikan lahan perkebunan.

Jawaban Al-Qur’an Terhadap Bencana Sumatera

Menangapi hal tersebut, Al-Qur’an dari 14 abad yang lalu telah mengungkap fenomena ini. Banyak kisah dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bencana banjir, seperti di masa kaum Nabi Luth dan kisah Nabi Nuh dengan bahteranya.

Mengulik dari isi Al-Qur’an, disebutkan semua fenomena tersebut tidak lepas dari ulah perilaku manusia, karena kemaksiatan, keserakahan, dan ketidak bertanggung jawab. serupa dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 41:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) .”

Nah, selanjutnya Al-Qur’an pun menjawab akibat dari perilaku mereka. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 205:

Dan jika dia berubah (dari dirimu sendiri), dia berusaha melakukan kerusakan pada bumi, serta merusak tanaman-tanaman dan ternak, sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan .”

Lebih lanjutnya, ternyata Al-Qur’an menyebutkan solusi dari fenomena tersebut yaitu dengan menjaga keseimbangan alam semesta. Cara menjaga keseimbangan tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 19:

“Lalu, dengan (air) itu Kami menumbuhkan kebun-kebun kurma dan anggurmu. Di sana kamu mendapatkan buah-buahan yang banyak dan dari sebagiannya itu kamu makan.”

Ayat tersebut menjelaskan tentang keseimbangan antara tumbuhan muda dan tumbuhan tua. Tumbuhan muda seperti anggur sebagai bahan makan dan tumbuhan tua seperti pohon kurma dan zaitun sebagai penghijauan.

Uniknya, berdasarkan hasil penelitian ternyata pohon kurma salah satu solusi untuk menangkal banjir, karena memiliki kemampuan menyerap udara lebih banyak. Akar dari pohon ini menghunjam hingga 12 M ke bumi, sedangkan akar sepanjang umur 1 M dari bonggolnya. Sehingga kondisi ini kokoh, sekaligus ramah pada tanaman tetangganya.

Kurma tidak merebut udara dan unsur hara jatah tanaman tetangganya. Justru menahan laju perembesan udara ke dalam dan membantu memanaskan udara memancarkan mata air ke atas sehingga cukup udara di dekat permukaan tanah. Sedangkan payungan daunnya yang berwarna keperakan, memantulkan sebagian cahaya dan panas matahari, mengalirkan angin, meningkatkan kelembaban, menurunkan suhu dan membantu menciptakan iklim mikro yang baik di sekitarnya.

Masyaallah, penjelasan di atas menunjukkan bahwa seluruh aspek kehidupan di bumi telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Bencana yang terjadi sering dikaitkan dengan perilaku manusia yang mengabaikan tanda-tanda alam. Minimnya upaya untuk mempelajari dan memahami Al-Qur’an membuat kerusakan di bumi terus berulang. Peristiwa bencana Sumatera ini menjadi pengingat agar kita kembali menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupan.

Leave a Reply