
Wujudkan Peradaban Dunia dengan Generasi Mulia
Dengan menjadi orang tua asuh berarti telah berpartisipasi dalam mewujudkan “Peradaban Dunia dengan Generasi Mulia” untuk membangun peradaban islami dimulai dari keluarga islami dengan meresapkan nilai-nilai Al-Qur’an.

Ana Hijroh Litolabil Ilmi
Gadis belia asal kota Lamongan, lahir sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara, tumbuh besar dari gaji ibu sebagai karyawan di kantor koperasi desa, dan Abah pekerja serabutan. Keterbatasan keuangan membuat keluarga Ana hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, bahkan pindah provinsi.
Tidak hanya diuji dengan ekonomi, sejak SMP ibu Ana menderita stroke, belum sembuh dari sakitnya, kini Abah juga menderita stroke. keinginan bisa mendalami ilmu agama terus di upayakannya, semangatnya dalam belajar membuat Ana terus mencari sekolah gratis.

Sahrul
Pedagang muda usia 23 tahun asal Banten, keterbatasan biaya hidup membuatnya belajar menjadi pemuda mandiri, masa muda di habiskan nya untuk berjualan.
Faktor kemiskinan menuntutnya bekerja lebih lama, pagi menjelang siang dimanfaatkan untuk berkeliling menjajakan kupat tahu, lalu menjelang tengah malam ia beralih profesi menjual roti bakar.
Berbeda dengan Pemuda seusianya, semangat dagang untuk memenuhi kebutuhan hidup memaksanya harus tidur 1-3 jam sehari.
Kesibukkan dunia membuat stress dan frustasi. Katenangan yang ia dambakan seolah sulit didapatkan, ikhtiar menghafal Al-Qur’an adalah jalan yang dipilihnya.

Lalu Iswandi Yanwari
Berasal dari Lombok, dilahirkan sebagai anak ke 3 dari 3 bersaudara. Namun tidak seperti kawan-kawan sebayanya, hidup dan tumbuh dalam pengasuhan dan cinta yang penuh dari orang tua. Sejak usia 8 bulan Ia tumbuh besar dari keluarga broken home. ibu memilih untuk pergi, hidup yang serba keterbatasan menuntut yang disayanginya harus merantau menjadi buruh bangunan di negeri tetangga.
Cemooh dan remehan masyarakat adalah motivasi terbesar bagi ayahnya dalam berjuang mencari nafkah. Hingga menghantarkan mereka sampai ke jenjang perguruan tinggi. Di usia senja ayahnya, Lalu ingin menghadirkan kebahagiaan. Melalui hafalan Al-Qur’an ini ia berharap bisa menjadi aset untuk ayahnya di surga.
Hijroh, Sahrul, dan Iswandi, ketiganya anak-anak hebat, cerdas, dan penuh semangat. Semangatnya menimba ilmu tak diragukan lagi. Tapi keterbatasan ekonomi kerap membuat semangat mereka turun.
Tujuan Program

Menyediakan wadah anak-anak di seluruh Indonesia yang ingin menghafal Al-Qur'an dan memperdalam bahasa arab

Menciptakan interaksi secara personal antara orang tua asuh dan anak asuh

Menjamin keberlangsungan program pendidikan santri Maskanul Huffadz
Benefits Program

Testimoni Program OTA



Mereka Sudah Mengambil Peran, Sekarang Giliran Anda
Dengan menjadi orang tua asuh berarti telah berpartisipasi dalam mewujudkan “Peradaban Dunia dengan Generasi Mulia” untuk membangun peradaban islami dimulai dari keluarga islami dengan meresapkan nilai-nilai Qur’an.
Kontak Kami
- Bintaro, Tangerang Selatan, Bantan
- 02174866575
- maskanulhuffadzindonesia@gmail.com