Setelah dua pekan libur lebaran, Maskanul Huffadz menggelar halal bi halal pada Selasa, 10 Mei 2022. Seluruh santri, pengurus, dan guru memadati gedung Aula Maryam untuk saling memaafkan dan bertukar cerita dari kampung halaman masing-masing. Begitupun santri dan guru di berbagai cabang yang bergabung secara virtual.
Pimpinan pesantren, Ustadzah Dr. Oki Setiana Dewi, S.Hum. M.Pd., tidak dapat hadir karena sedang berada di Swiss untuk mengisi beberapa pengajian. Sebelumnya beliau bergabung dalam acara halal bi halal virtual bersama orang tua asuh dan wali santri yang diadakan secara virtual pada hari keempat Idul Fitri.
Ummi Dela Ardila Sofia, S.Pd.I. Al-Hafidzah mengapresiasi seluruh santri dan pengurus yang tiba di pesantren tepat waktu yaitu sebelum 8 Mei pukul empat sore. Beliau berharap kedisiplinan ini bertahan sehingga Maskanul Huffadz menjadi pesantren percontohan yang menjunjung tinggi kedisiplinan waktu.
“Kuunuu rabbaniyyiin walaa takuunuu ramadhaniyyiin,” pesan Ummi Dela. Maksudnya, beribadah kepada Allah adalah kewajiban sepanjang masa bukan pada bulan Ramadhan saja. Menekankan pesan tersebut, Ustadzah Ayu Lestari, S.Hum. Al-Hafidzah atau yang akrab disapa Manda Ayu mengingatkan seluruh hadirin untuk melanjutkan amal-amal shalih yang dikerjakan selama Ramadan. Sebagaimana perkataan salaf bahwa jika seseorang semakin giat beramal shalih, maka itu pertanda amal sebelumnya diterima.
Selanjutnya, Ustadz Fairuz Hammurabi, Lc. menyampaikan perbedaan suasana Idul Fitri di Timur Tengah dan di Indonesia. Jika masyarakat Indonesia antusias bersilaturahmi, suasana di Timur Tengah justru sangat sepi. Sepulang dari salat Idul Fitri, masyarakat di sana tidak keluar rumah. Mereka beristirahat setelah memaksimalkan ibadah selama 10 hari terakhir Ramadan. Sementara silaturahmi digencarkan pada hari raya Idul Adha.
Melengkapi penyampaian sebelumnya, Ustadz Kemal Adityawarman, Lc. mengupas sejarah di balik istilah halal bi halal yang hanya dikenal di Indonesia. Beliau berpesan agar santri Maskanul Huffadz memiliki wawasan kebangsaan sebagai wujud cinta tanah air dan bentuk syukur atas kemerdekaan Indonesia.
Setelah itu, untuk mengapresiasi pengurus yang paling sering khatam pada bulan Ramadan, Ummi Rara menyerahkan hadiah titipan donatur. Acara kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Abi Dafit, salat Dzuhur berjamaah dan makan bersama.***