“Hidup itu ibarat bernapas, tarik napas (meraih kesuksesan), kemudian lepaskan (memberi manfaat). Jika kita terus-terusan bernapas tanpa melepaskannya, maka kita akan mati.”
-Jamil Azzaini
.
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
Artinya: “Kamu(umatIslam)adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar,danberimankepadaAllah.SekiranyaAhliKitabberiman,tentulahitulebihbaikbagimereka.Diantaramerekaadayangberiman,namunkebanyakanmerekaadalah orang-orang fasik.” (QS. Ali Imran-110).
Secara gamblang telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an bahwa kita adalah umat terbaik. Umat yang dipilih Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi, satu-satunya umat yang diberi amanah untuk melanjutkan tugas para Anbiya’.
Tugas yang diamanahkan pun bukan sembarang tugas, melainkan tugas mulia yang sangat luar biasa keutamaannya, yaitu dakwah (mengajak) dan tabligh (menyampaikan).
Sebagai umat terbaik, kita diperintahkan untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran) dengan cara yang terbaik. Bagaimana caranya? Simak penjelasan berikut ini.
Pertama, segala pekerjaan yang kita kerjakan harus bervisi akhirat. Mengapa? Karena hakikatnya, kita adalah makhluk spiritual. Kita diciptakan tidak untuk selain dari pada ibadah.
Maka dari itu, apa yang kita kerjakan harus bervisi akhirat, berniat melakukan semata-mata agar kita bisa mendapatkan ridho-Nya. Dan perlu kita sadari bahwa segala sesuatu yang dikerjakan bukan karena Allah adalah kesia-siaan yang tidak berarti.
Kedua, hendaknya masing-masing dari kita memiliki expert berupa keahlian dari apa yang kita kerjakan. Hal ini termasuk penting, karena seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah. Saw bahwa tugas yang dikerjakan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Oleh karena itu, teruslah berlatih, seperti semboyan yang disampaikan oleh pak Jamil Azzaini, “bekerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.”
Ketiga, kesuksesan yang kita raih tidak akan berarti jika tidak bermanfaat untuk orang lain. Persis seperti yang dikatakan pak Jamil Azzaini yang saya kutip di bagian atas. Sebagai makhluk spiritual, harusnya kita memiliki prinsip hidup SUKSES-MULIA.
Meraih sebuah kesuksesan, kemudian jadikan kesuksesan kita itu menjadi mulia, yang bukan hanya dinikmati sendiri, tapi orang lain pun ikut merasakan manfaatnya.
Lakukanlah perbaikan! Perbaiki hubungan kita dengan Allah, maka kemudahan akan senantiasa menyertai.