Ketika kaum Muhajirin merasakan kehidupan yang tenang dan aman. Diliputi kasih sayang dari saudara mereka kaum Anshar, tiba-tiba Wabah penyakit demam menyerang sebagian kaum Muhajirin. Beruntunglah Nabi selamat dari wabah itu.
Wabah itu menyerang mereka yang mungkin belum beradaptasi dengan udara dan lingkungan kota Madinah. Mereka dilanda panas yang cukup tinggi.kemudian rasa sakit menyebar k seluruh tubuh mereka dan rasa sakit itu bertahan cukup lama.
Mereka merasa kepayahan sehingga sebagian mereka tak cukup kuat untuk berdiri di saat shalat. Rasa sakit itu semakin terasa berat karena kerinduan mereka kepada kampung halaman.
Karena itulah Rasulullah tak bosan-bosannya menemui dan menasihati mereka agar tetap bersabar menghadapi segala kesulitan di jalan Allah. Untuk membangkitkan semangat dan mengobati mereka, Rasulullah bersabda: “Ketahuilah, pahala shalat orang yang duduk adalah separuh dari shalat orang yang berdiri.” Ucapan itu cukup jitu membangkitkan semangat hidup kaum Muhajirin.
Mereka berjuang agar bisa shalat sambil berdiri walaupun tubuh mereka terasa sakit. Mereka ingin mendapat pahala yang sempurna.
Pada saat uang lain Rasulullah bersabda, “Madinah lebih baik untuk mereka jika mereka mengetahui. Tidak ada seorang pun yang meninggalkannya karena tidak menyukainya. Jika seseorang pergi meninggalkannya, pasti akan muncul orang lain yang lebih baik untuk menggantikannya. Dan tidak ada orang yang tetap tabah dengan kekerasan dan kepayahannya kecuali aku akan memberikan syafaat kepadanya atau saksi atas dirinya pada hari kiamat.”
Perbedaan cuaca dan lingkungan cukup mencolok sehingga pada masa-masa awal hijrah banyak kaum Muhajirin yang ditimpa penyakit demam. Ada pula sebagian mereka yang ditimpa flu berat, mereka tidak terbiasa dengan udara Madinah yang lebih lembab.
Abu Bakar dan dua pembantunya, Bilab bin Amir Fuhairah, termasuk di antara kaum Muhajirin yang jatuh sakit. Ketiganya memang tinggal dalam satu rumah yang sama. Saking hebatnya demam yang mereka derita, kadang-kadang mereka mengigau, berkata-kata tanpa sadar.
Aisyah merasa kasihan melihat kondisi mereka sehingga ia mengadukan keadaan itu kepada Rasullah, yang kemudian berdo’a, “Ya Allah jadikanlah kami mencintai Madinah sepeti Engkau telah membuat kami mencintai Makkah. Ya Allah, berkahilah takaran mud dan sha’nya, sehatkanlah ia untuk kami, dan pindahkanlah wabahnya ke Mahyaha’ah. Ya Allah, lipatgandakanlah berkah kota Madinah daripada kota Makkah.”
Sahabat Maffaz, begitulah semangat para sahabat dalam menjalankan apa yang Allah perintahkan walaupun mereka adalah golongan orang-orang yang diberi rukhsokh (Keringanan karena suatu sebab).
Sepenggal kisah ini dikutip dari Buku Stories From The Desert Companions Of The Prophet karya Dr. Nizar abazhah.
Wallahu a’lam bisshoab. . .