maskanulhuffadz.com – أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ .
أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Artinya : “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)
Potongan hadits yang mengawali materi Ustadzah Syaidah Murtafiah, hadits ini mengajak untuk menjaga hati agar terus bersih dan tetap baik.
Proses menjaga hati ini dikenal dengan istilah Tazkiyatun Nafs yaitu pembersihan hati, kenapa hati harus dibersihkan?
Ustadzah syaidah menjelaskan hati itu adalah pusat terkumpulnya darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh.
Sedangkan syaitan yang merupakan musuh manusia menyusup dan membisikkan rasa was-was berupa bisikkan yang menjauhkan dari rahmat Allah dalam tubuh manusia lewat aliran darah.
Qs. An Nas ayat 4-6
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ
dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,
الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
dari (golongan) jin dan manusia.”
Lantas kenapa kecemasan tersebut bisa terjadi pada manusia?
Masalah ini disebabkan karena sampah batin yang terus menumpuk, penyakit hati seperti, hasad, dengki, marah, sombong dan lainnya yang terus dipupuk namun tidak pernah dibersihkan dengan maaf dan istighfar.
Memaafkan adalah salah satu kunci keselamatan dalam hidup, seperti dikisahkan pada zaman Rasulullah ada seorang laki-laki yang dijamin masuk surga.
Suatu ketika, selesai mengerjakan shalat berjamaah bersama para sahabat, Rasulullah saw berkata, “sebentar lagi akan datang seseorang yang akan dijamin masuk surga oleh Allah swt”
Kemudian masuklah seorang laki-laki ke dalam masjid, mengerjakan shalat.
Esok harinya, Rasulullah juga berujar hal yang sama, dan kemudian muncul seorang laki-laki yang sama. Kejadian ini berulang sampai 3 kali berturut-turut.
Peristiwa ini mengundang penasaran Abdullah bin Amr, kemudian dia mendatangi rumah laki-laki tersebut dan menginap selama 3 hari disana.
Selama 3 hari di rumah laki-laki itu, dia tidak menemukan amalan spesial yang dikerjakannya, sebelum berpamitan Abdullah bin Amr menanyakan kenapa Rasulullah selalu mengatakan bahwa kamu mendapat jaminan masuk surga oleh Allah swt.
Laki-laki tersebut kemudian berkata, “Aku memang tidak punya amalan khusus, hanya saja aku selalu berusaha memaafkan mereka yang menyakitiku baik sengaja maupun tidak sengaja serta menghilangkan rasa benci, iri dan dengki kepada semua orang”
Dari kisah ini, Ustadzah Syaidah Murtafiah mengajak jamaah untuk menjadikan momentum ramadhan sebagai wadah memperbaiki hati dengan memaafkan kesalahan.