LENTERA CAHAYA
karya: Karina Adinda Sari, Kepala Cabang Batam 2023
Hidup memang tidak mudah, terlebih hidup dalam kondisi keluarga sulit dan ekonomi terhimpit, tentang cinta keluarga yang tak kunjung didapatkan, cita-cita yang berulang kali dipatahkan, hati yang selalu merasa resah, seakan dunia memang tidak lagi berguna, dan diri seolah hilang arah untuk bertahan.
Hidup adalah perjuangan, berjuang melepas bayang-bayang kelam yang tak berhenti memaksa untuk menyerah. Setiap kali bangun, dia selalu berharap agar malam kembali larut. Cuaca sebagian cerah untuk kota itu, tidak dengan dia. Sepanjang harinya kelabu, dengan sedikit harapan tersisa, dia sering berdoa kepada Tuan-Nya, agar merubah satu halaman saja dalam episode hidupnya. Sejujurnya ia tak mau kalah, namun kepada siapa lagi ia akan memaksa. Akan kuceritakan sedikit tentangnya, semoga kisahnya menjadi hikmah bagi siapapun yang membaca nya, kisah ini nyata, senyata doa-doanya yang dikabulkan Tuhan.
Menulis kisahnya, sama saja mengusik luka lama yang belum pudar,dan memanggil rasa sakit. Tapi hidup adalah sebuah kisah untuk diceritakan,agar yang lain dapat mengambil hikmah. Jadi tidak ada alasan untuk menyerah, untukmu yang sedang berjuang diluar sana dengan berbagai kisah dibalik layar dirimu, yang tetap tegak berdiri. Kisah ini untukmu, sebagai penyemangat dan teman dalam berjuang, kamu tak pernah sendiri, karena kita punya Tuhan yang selalu ada, yang selalu mendengar doa dan mengabulkannya saat waktu terbaik tiba.
PRANG!!!
“Sudah kubilang tinggalkan saja kami”
“Mau jadi apa kalian tanpa aku!”
Dia lupa, kapan terakhir kali rumah ini terasa nyaman dan menenangkan selayaknya rumah, terkadang rasanya lebih baik berada di sekolah daripada harus pulang, jika memang rumah ini masih boleh disebut tempat pulang.
Jika katanya cinta pertama anak perempuan adalah seorang Ayah. Maka ia sudah jauh terluka sebelum tau apa itu cinta, ia sudah kehilangan sosok figur pemimpin sebelum ia sadar bahwa ia akan selalu membutuhkannya.
“Ra, ingin kuliah Ma” tutur nya dengan harapan yang berlapis-lapis, berharap kali ini saja , takdir berpihak sedikit untuk keinginannya.
“Mama tidak ada uang, kerja saja Ra, untuk apa kuliah, bukankah sudah Mama biayai sekolah mu sampai sekarang”
Jika pintu-pintu tertutup rapat
Berkas cahaya pun terhalang gorden tua dekat jendela
Rasanya sesak, padahal udara masih ada
Seuntai harapan tercipta, jika saja diluar sana
Akan ada ruang lapang tak terbatas
Terkadang kita lupa
Bukan saatnya memikirkan terjebak
Akankah kita berani melangkah kesana
Atau terus mendekam dalam kamar yang sama.
“ Pendaftaran SNMPTN,SBMPTN dan SPAN PTKIN telah dibuka, kamu hendak kemana, dengan nilai bagus, sepertinya tidak sulit, pilih saja yang mana”
Kelas ricuh dengan persiapan masuk Universitas impian, semua orang sibuk mempersiapkan diri, menyambut kehidupan yang katanya sebenarnya. “Aku ingin masuk Jurusan Kimia, sepertinya peluang terbuka disana.”
Lanjut yang lain menimpali, disambung dengan para anak laki-laki di kelasnya yang sangat suka sekali jika berdebat dalam kegiatan diskusi kelas. “Kalau aku, ingin keluar provinsi haha, aku akan daftar SBMPTN untuk Jurusan Hukum.”
“Haha Aamiin, semoga kita lulus”
Siapa yang tidak mempunyai mimpi? Jujur saja ia percaya dan ingin berlari mengejarnya, tapi ia akan terus meyakinkan diri bahwa jalan sukses setiap orang berbeda, setiap orang akan punya langkah yang berbeda, mungkin jalannya memang tak akan sama dengan teman-temannya, tapi sungguh memilih menerima akan menenangkan hatinya minimal sementara.
Untuk semua kehidupannya baik manis ataupun pahit, Ra berharap ia tak akan kehilangan impian. Setiap jalan yang telah ditakdirkan, Ra akan selalu berusaha menerima, karena segala sesuatu telah ditakar dan tidak akan pernah tertukar. Ra sungguh percaya, sampai saat ini masih akan percaya.