Skip to main content

Kecamuk Kelelahan Menari di Setiap Saraf

Kelelahan dengan diri sendiri satu-persatu berdatangan mengusik kepalaku yang telah penuh dengan kegelisahan. Keluh kesah sering kutuangkan dalam secarik kertas lalu kutempelnya di dinding kamarku sekaligus sebagai bentuk curhatan untuk diri ini.

Litha kok usahanya semakin berkurang, mana jiwa semangat yang membara itu, ayolah ada Mama dan Bapak yang ingin dibentangkan senyumnya. Rezeki Allah itu luas Litha jangan berkecil hati dengan satu kegagalan, kencangkan lagi doa dan usahamu jangan cemas. Katanya mau jadi independent women yang high value, ayo buktikan jangan sekedar ucapan yang basi saja”

Tulisan itu yang selalu kubaca setiap harinya sebelum tidur, terpacu lagilah semangatku untuk berjuang membahagiakan kedua orang tua. Kembali lagi untuk terus-terusan mengirim loker walaupun tidak sesuai dengan basic jurusan perkuliahan yang sebelumnya.

Tibalah teman sebayaku mengabariku tiba-tiba, panggil saja dia Nanda.

Nanda: Ta, ada kesibukan tidak di bulan depan ?

Aku: Boro-boro kesibukan, tiap hari sibuk rebahan. Hahaha memang kenapa ?

Nanda: Ini aku baru saja dapat info soal BLK yang pelatihan kerja itu loh buat tambah tambah pengalaman.

Aku: Oiya ya? Memang jurusan yang buka apa saja ?

Nanda: Banyak kok, ada hidroponik, belajar menjahit, tata rias, pembuatan roti dan kue dan banyak deh pokoknya.

Aku: Wah menarik juga, kayaknya yang kebih menarik yang membuat roti dan kue deh sembari tambah skill memasak hahahha.

Singkat cerita. Aku, Nanda dan teman-teman yang lainnya pun mengikuti kelas kerja itu, lumayan menarik dan mengasyikkan karena kita bisa buat menu-menu kue yang baru, tapi disamping itu semua pikiranku tak lepas dari kata “Mana hasil dari gelarmu itu, masa beralih ke masak-masak, sia-sia kamu kuliah” memang kebahagiaan dari kelas BLK itu sudah terbayangkan tapi aku masih saja merasa ada yang kurang.

Pertengahan pelatihan kerja itu, tiba-tiba dilayar handphone tertulis “pesan e-mail baru” tanpa menunda aku langsung membuka pesan dan isinya : “Selamat anda mendapatkan panggilan wawancara disalah satu perusahaan.

Pada waktu itu aku masih terdiam dan kaget karena berfikir ternyata itu loker satu tahun yang lalu, yang sudah aku lupa. Allah itu maha baik, kalau rezeki itu tidak akan kemana, dan semuanya itu tak terlepas dari doa orang tua yang sangat kuat.

Setelah itu, aku langsung menelfon Bapak dan memberi tahukan kabar tersebut, sambil nangis aku meminta restu orang tua agar diizinkan untuk pertama kalinya merantau jauh. Alhmdulillahnya, mereka mengizinkanku. Pada waktu itu juga aku minta resign dan pamitan sama teman pelatihan kerja dan meminta doa-doa mereka semoga keputusan untuk merantau ini adalah keputusan yang baik.

Setelah bekerja di perusahaan tersebut, awalnya terasa menyenangkan karena merasa mandiri dan mendapatkan penghasilan. Seiring berjalannya waktu, kegelisahan mulai menghampiri diriku. Setiap malamnya tak ada kedamaian yang aku rasakan, sering kali bayangan tentang kelalaian ibadah menghampiri.

Aku mulai merenungkannya “Memang apa yah yang salah dari hidupku ini, kok kurang nikmat rasanya, kurang ketenangan hati, dan merasa sangat jauh dari Allah. Padahal kalau masalah materi tidak ada yang kurang malahan lebih yang aku peroleh, mau beli ini itu pasti bisa, tapi kenapa kegelisahan selalu hadir dihatiku, memang ada yang salah?” (gumamku dalam hati).

Malam itu juga, aku memaksakan diri untuk bangun tahajjud dan tanpa aku sadari, air mataku mengalir dan semakin terisak. Dalam doaku, terlintas perkataan Mama “Melihatmu selalu berada di dekat Mama itu sudah menjadi kebahagiaan” perlahan aku bertanya pada diriku sendiri “Litha (tegasku dalam hati) apakah dengan merantaumu hanya sekedar mencari sebuah materi? atau apakah dengan keputusan itu Mamamu meridhoi disetiap langkahmu?.”

Aku kembali berfikir keberhasilan yang berwujud materi apakah bisa membahagiakan kedua orang tuaku? nyatanya tidak (firasatku dalam hati), bahkan aku merasa mereka tidak terlalu menikmati setiap apa yang aku berikan. Mungkin, ini adalah keberkahan yang hilang ketika kehidupan duniawi mengusik jiwaku.

Selepas berdoa kusempatkan diri untuk membuka handphone yang ada di atas meja dan aku mulai men-scroll instagram dilayar akun media sosialku. Saat itu, tidak sengaja aku menemukan salah satu postingan dari salah satu lembaga tahfidz ternama yang hangat dibicarakan.

Aku menggeluti satu-persatu dari postingan lembaga tersebut seakan secara kilat Allah memberiku jalan untuk menjawab keinginan yang akan aku wujudkan untuk orang tuaku yaitu “ingin selalu dekat denganku dan Rabbku”

Allah sering membuatku sadar bahwa ketenangan hati tidak datang dari kebahagiaan dunia. Sekarang, aku berkomitmen mondok untuk menghafalkan Al-Quran, sebagai hadiah untuk Mama dan Bapak. Keputusanku semakin kuat seakan ada suara yang membisikkan, “Mama ingin dekat denganmu tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat.” Pada saat itu, aku memutuskan untuk mondok dan menghafal Al-Quran sebagai sebagai cara untuk mewujudkan kata-kata Mama.

Singkat cerita, aku mendaftar di pondok ternama. Tetapi, semangatku merosot saat melihat kategori yang akan diterima, karena setiap persyaratan yang tertera tidak satupun yang bisa kupenuhi.

Namun, aku teringat kata-kata Bapak, “Nak, jangan khawatir tentang rezeki, jika itu untukmu pasti akan kamu dapatkan, meskipun dari pandangan manusia tampak tak mungkin.”  Kata-kata Bapak menghidupkan semangatku, dengan restu Mama dan Bapak aku pun melanjutkan pendaftaran itu hingga akhirnya pada tahap “KELULUSAN.”

Aku sangat sulit percaya dengan takdir Allah, ternyata jauh luar biasa dari apa yang kupikirkan. Setelah pengumuman kelulusan, aku pun mantap mengundurkan diri dari pekerjaan. Meskipun, banyak saran dari teman yang berdatangan.

 “Yakin mau tinggalkan penghasilan sebesar ini? Mondok nanti bukan malah memberi penghasilan ke orang tua tapi malah membebani mereka lagi” ucap temanku sambil bercanda.

Aku terus menguatkan tekad bahwa yang diinginkan orang tua bukanlah materi, tetapi keinginan selalu bersama, melalui wasilah menghafal Al-Quran.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply