MASKANULHUFFADZ.COM – Membuat resolusi tahun baru merupakan salah satu ihwal yang kerap dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut tahun baru. Kebiasaan ini termasuk pada tradisi yang baik, karena melalui resolusi diharapkan seseorang bisa menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Resolusi dalam pandangan Islam diartikan sebagai usaha memperbaiki diri untuk mencapai kesempurnaan hidup yang lebih baik, taat, dan semakin memperbaiki hubungan dengan Allah.
Setidaknya ada lima nilai-nilai yang menjadi pertimbangan bagi seorang muslim dalam membuat resolusi. Berikut penjelasannya:
1. Takwa
Secara terminologi takwa berasal dari kata wiqoyah artinya memelihara, menjaga, melindungi, hati-hati, menjauhi sesuatu, dan takut pada azab Allah.
Menurut Ibnu Faris seorang pakar ilmu Bahasa Arab, berpendapat yang dimaksud takwa diartikan sebagai menolak sesuatu dari sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Lebih lanjut, Allah sangat mengapresiasi mereka yang senantiasa bertakwa. Dalam Kitab Al-Mudzakarah karangan Habib Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad dijelaskan beberapa keutamaan yang diperoleh bagi orang yang bertakwa, tiga di antaranya sebagai berikut:
Pertama, diberikan solusi terhadap kesulitan dan rezeki dari segala arah. Dijelaskan dalam Quran surah At-Thalaq ayat 2-3:
وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ،وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Artinya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Kedua, diberikan pertolongan oleh Allah, sesuai dengan dalil Quran surah At-Thalaq ayat 4:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Artinya: “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”
Ketiga, Allah selalu membersamainya, diterangkan dalam Quran surah Al-Baqarah ayat 194:
وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
2. Istiqomah
Berdasarkan buku Keajaiban Istiqomah karangan Imam Sibawaih El-Hasany yang dimaksud dengan istiqomah adalah berdiri, bangkit, berhenti, dan diam. Sementara itu, Abu Bakar menjelaskan yang dimaksud dengan istiqomah yaitu ketika kau tidak menduakannya.
Sedangkan Umar bin Khattab lebih kuat mengartikan istiqomah sebagai praktik kepatuhan kepada perintah tuhan dan menjauhi larangannya, tanpa ada rasa gentar dalam menjalankannya.
Pendapat lainnya dari Utsman bin Affan, istiqomah merupakan kala para penempuh jalannya telah memurnikan segenap amalnya semata-mata hanya untuk Allah.
Adapun tahapan untuk mencapai istiqomah ini ada lima, yaitu:
Kehendak dan tekad yang kuat dalam hati (Al-Azm), Pemeliharaan ruhani agar terus konsisten (Al-Muhadzafah), Pembenahan terhadap tindakan dan tingkah laku (Al-Ishlah), Menarik diri dari penilaian makhluk (Al-Wuquf), Ruhani yang kokoh sehingga ia tidak takut dengan ancaman (Ats-Tsabat).
3. Tawakal
Abu Abdillah Al-Quraisy dalam Mukhtashar Ihya Ulumuddin mengartikan tawakal adalah berpegang teguh kepada Allah dalam setiap keadaan, serta meninggalkan hal-hal yang membuat seorang hamba jauh dari Tuhannya.
Sedangkan, Buya Hamka menjelaskan tawakal diartikan sebagai sikap menyerahkan segala urusan, ikhtiar dan usaha hanya kepada Allah.
Maka, dapat disimpulkan tawakal merupakan sikap berpasrah dengan berlandaskan kepada Allah sebagai sebaik-baik penentu. Sehingga Allah menjadi satu-satunya tempat mengharap. Namun, tidak berarti manusia harus meninggalkan usaha dan ikhtiarnya. Lebih tepatnya, tawakal adalah penyerahan ketetapan kepada Allah setelah maksimal dalam berusaha.
4. Taubat dan Perbaiki Diri
Muhasabah merupakan alternatif yang dapat dilakukan dalam memperbaiki diri, baik hubungan dengan Allah, manusia, maupun dengan diri sendiri. Dengan intropeksi diri, seorang muslim dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kebaikan, sembari meninggalkan keburukan di masa lalu untuk hidup yang lebih baik di masa datang.
5. Memperbaiki Hubungan dengan Manusia
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam memperbaiki hubungan dengan sesama manusia adalah dengan saling memaafkan.
Memaafkan memiliki dampak positif dalam diri manusia, terutama dalam ketenangan batin. Dalam ilmu Psikologi, dengan memaafkan memberikan emosi positif bagi seseorang, karena bisa terlepas dari perasaan-perasaan negatif, hati menjadi tenang, berkurangnya rasa, marah, tidak adanya rasa sakit hati, serta menghilangkan rasa dendam.
Memaafkan merupakan pusat untuk membentuk manusia yang sehat, serta menjadi pemulihan dalam hubungan interpersonal antar individu setelah adanya konflik.
Sikap memaafkan merupakan wujud untuk saling menghormati sesama manusia, dan menjaga kehormatan dan martabat dari manusia. Sehingga dengan memaafkan dapat membantu dalam menjalin silaturahmi.
Sikap memaafkan ini diperintahkan Allah dalam Quran surah Asy-Syu’ara ayat 40, sebagai berikut:
وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَاۚ فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ
Artinya: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Maka, barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang orang yang dzalim.”
Kesimpulannya, resolusi merupakan suatu target yang ingin dicapai. Sebagai muslim dalam membentuk resolusi ada lima nilai yang perlu diperhatikan yaitu ketakwaan, keistiqomahan, tawakal, perbaikan diri, serta membangun hubungan baik sesama manusia.
Wallahu A’lam
Baca Juga: Santri BILMAS Berhasil Tasmi 10 Juz, Usia dan Kesibukkan Tidak Menjadi Penghalang