Skip to main content

Secercah Pelita Itu Hadir 

16 tahun lamanya aku hidup dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Hari-hari Kulalui dengan rasa sedih, kecewa, dan begitu perih. Aku tidak tahu dimana letak kebahagiaan itu, dan aku merasa sangat kosong.

Aku sibuk mencari isi dari ruang kosong di dalam hatiku, sampai masanya Allah hadirkan hidayah. Tepat saat seragam biru putih ingin kukenakan, malangnya ekonomi keluarga tidak mendukung. Takdir Allah berkata lain, Allah memberikan jawaban pada ku dengan hadirnya panti asuhan sebagai jawaban dari kekosonganku selama ini. Di sanalah aku mulai bertumbuh dan menemukan kehidupan baru yang lebih baik.

Meskipun aku harus bergelut dengan hati sendiri, jauh dari orang tua dan tak mengerti agama sedikitpun.

Di panti ini pun aku mulai belajar Al-Quran dari nol, belajar bacaan shalat, dan ibadah-ibadah lainnya.

Hari-hari ku lalui dengan sangat bermanfaat, aku seakan-akan mendapatkan energi baru mendapat semangat baru untuk mengubah kehidupanku menjadi lebih baik.

Meskipun demikian, aku tetap dihadapkan dengan masalah. Sifatku yang cuek dan diam membuat sulit bagiku bergaul dengan teman-teman. Semua itu dipengaruhi oleh latar belakang kedua orang tua yang kurang perhatian kepada kami.

Namun, semua itu tidak menjadi alasan untuk tidak berubah menjadi lebih baik. Aku menjalani hari-hari di panti dengan kegiatan yang bermanfaat. Alhamdulillah, Allah memudahkan proses belajarku, sehingga pada tahun kedua di panti, aku diamanahi untuk mengajarkan iqro pada anak-anak panti lainnya.

Dari wasilah panti ini juga, aku punya sahabat yang sangat baik. Dia seperti malaikat yang Allah kirimkan kepadaku sebagai penjaga dan memberikan contoh bagiku. Namanya Uswatun Hasanah dari dia aku belajar banyak hal terutama seputar ilmu agama.

Dia selalu memberikan semangat saat aku dalam kondisi kurang baik. Dia juga tidak pernah meninggalkanku terutama saat aku futur-futurnya. Dialah sahabat terbaik yang pernah kukenal yang selalu mendampingiku dalam suka dan duka.

Setelah tamat SMA, aku berencana melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi karena panti asuhan tempatku tinggal bekerjasama dengan banyak Universitas. Alumni dari panti tersebut bisa kuliah gratis di beberapa Universitas. Aku pun tertarik untuk kuliah dengan mengambil jurusan Bahasa Inggris.

Perlahan kebimbangan hadir menemani hatiku, saat Hasanah menawarkanku untuk belajar Al-Quran lebih dalam lagi. Saat itu aku bimbing karena belum pernah berjumpa dengan penghafal Al-Quran. Aku hanya tahu bahwa para penghafal Al-Quran dapat memberi syafaat kepada keluargaku.

Namun, aku mempertimbangkan keinginan kuliah itu, lantaran melihat kondisi orang tua yang jarang memahami agama, jarang shalat, dan memiliki banyak kekurangan ibadah, inilah yang memotivasiku untuk menghafal,

Tekadku semakin bulat, hingga Allah memudahkan langkahku dalam menyelesaikan hafalan 30 juz. Melalui hafalan ini harapanku sederhana cukup bisa menjadi lebih baik, membahagiakan Ayah dan Ibu hingga akhirat, menyebarkan kebermanfaatan, menjadikan Al-Quran sebagai panduan dalam hidup, serta selalu sabar dan ikhlas dengan ketetapan Allah.

Baca Juga: Santri BILMAS Berhasil Tasmi 10 Juz, Usia dan Kesibukkan Tidak Menjadi Penghalang 

Pages: 1 2

2 Comments

Leave a Reply