Skip to main content

MASKANULHUFFADZ.COM – Rasulullah shallahu alaihi wasallam merupakan pemimpin ideal dalam sejarah Islam. Kunci keberhasilan beliau dalam menjalankan tugas dipengaruhi oleh sifat wajib Rasul.

Ada 4 sifat wajib Rasulullah yang harus dicontoh dalam menjalankan kepemimpinan, berikut penjelasannya:

1. Shiddiq

Nabi Muhammad merupakan tokoh yang sangat dicintai oleh setiap orang, sehingga beliau menjadi pujaan yang dikagumi oleh pengikutnya.

Kebaikan akhlak beliau menjadikannya digelari As-Siddiq dan Al-Amin. Rasulullah menjadi seorang yang sangat dihargai dan dihormati termasuk oleh para pemuka di Mekkah. Keelokan akhlak dan budi bahasanya membuat orang yang membersamainya selalu mendapatkan keyakinan tentang kebenaran.

Rasulullah selalu memperlakukan orang lain dengan adil dan jujur. Tidak hanya dengan kata-kata namun beliau juga mencontohkan dalam perbuatan.

Tidak ada perbedaan antara perkataan dan perbuatan, karena pemimpin yang ideal adalah ia yang mampu menjadi teladan bagi bawahannya.

Diceritakan oleh Ubaidillah Ibn Shamit, Rasulullah menuturkan bahwa:

اِضْمَنُوا لِيْ سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنُ لَكُمُ الْجَنَّةَ: اُصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ، وَأَوْفُوْا إِذَا وَعَدْتُمْ، وَأَدُّوْا إِذَا ائْتُمِتْنُمْ ،وَاحْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ وَغَضُّوْا أَبْصَارَكُمْ وَكُفُّوْا أَيْدِيَكُمْ.

Artinya: “Jamin untukku enam perkara dari kalian, aku menjamin untuk kalian surga, enam perkara ini adalah: bila berbicara jujurlah, tepatilah janji apabila kalian berjanji, apabila kalian dipercaya, tunaikanlah amanah, jagalah kemaluan kalian (dari kemaksiatan), palinglah pandangan kalian (dari segala yang diharamkan melihatnya) dan tahanlah tangan kalian (dari mengambil yang haram),” (HR. Imam Ahmad).

Hadis di atas menjelaskan bahwa kepemimpinan yang baik adalah pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan tanggung jawab.

2. Amanah

Salah satu akhlak yang harus ditanamkan dalam diri seorang pemimpin adalah sikap dapat dipercaya atau tanggung jawab. Jauh sebelum menjadi Rasul, Nabi Muhammad saw sudah digelari dengan Al-Amin. Sifat inilah yang mengangkat posisi beliau menjadi seorang pemimpin bagi umatnya.

Kewajiban mengemban amanah adalah tugas seluruh manusia, sebagaimana dijelaskan firman Allah Quran surah Al-Ahzab ayat 72, berikut:

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.”

Berdasarkan ayat di atas diterangkan bahwa, setiap manusia diberikan amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabkan, baik amanah itu kecil maupun besar. Maka, terpilihnya Rasulullah sebagai pemimpin umat Islam terbaik sepanjang sejarah menjadi bukti bahwa Rasulullah adalah manusia yang dapat dipercaya.

Lebih lanjut, salah satu bukti Rasul merupakan seorang yang amanah adalah saat beliau dihadapkan dengan pembagian harta rampasan perang. Rasulullah sangat adil dan tidak pernah menambah atau menguranginya, meskipun untuk kepentingan pribadi.

Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi umatnya. Dalam kepemimpinannya, beliau selalu mengutamakan umatnya, mendengarkan keinginan, memperhatikan kebutuhan, serta berusaha mengembangkan potensi yang dimiliki umatnya.

3. Tablig

Tugas menyampaikan kebenaran merupakan karakteristik seorang pemimpin. Adapun, metode yang dipakai Rasulullah dalam menyampaikan dakwah, beliau terlebih dahulu melakukannya sebelum menyampaikan kepada pada umatnya.

Rasulullah tidak pernah menyembunyikan informasi yang benar, apalagi untuk kepentingan umat dan agama. Beliau tidak pernah menyimpan informasi berharga untuk kepentingan pribadinya. Tidak hanya itu, Rasul juga memberikan kabar gembira mengenai kemenangan dan keberhasilan yang diraih pengikutnya di akhirat nanti.

Adapun, satu di antara contoh sikap tabligh Rasulullah yaitu ketika ada seorang perempuan yang tengah hamil datang mengadu, bahwa kehamilannya disebabkan zina. Maka, Rasulullah dengan tegas memerintahkan agar perempuan tersebut dihukum rajam.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya dalam menyampaikan kebenaran meskipun dengan konsekuensi yang berat.

4. Fatanah

Rasulullah merupakan pemimpin yang sangat cerdas dalam melihat peluang. Keberhasilan Rasul dalam memimpin dibekali langsung kecerdasannya dari Allah. Kecerdasan tersebut tidak hanya tentang kepiawaian dalam menjelaskan ayat-ayat Al-Quran, namun juga kebijaksanaan dalam memimpin.

Kehadiran Islam di muka bumi tujuan utamanya adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Maka, dibutuhkan pemimpin yang cerdas. Pemimpin yang mampu memberikan petunjuk, nasihat, bimbingan, pandangan bagi umat dalam memahami firman Allah.  

Kecerdasan Rasulullah dalam melihat peluang ini terlihat dari pola yang dibangun Rasulullah dalam berdakwah yaitu, target pertama dakwah ditujukan pada orang-orang yang serumah dengannya, kepada sahabat, orang-orang terdekat, setelah itu barulah secara terbuka kepada masyarakat luas, Quraisy dan Mekkah.

Melalui sistem perkawanan ini, para sahabat ditunjuk untuk menduduki pos jabatan, tanpa melupakan pertimbangan kompetensi dari setiap sahabat, sehingga dengan posisi masing-masing yang diembannya tersebut para sahabat dapat membuktikan kemampuan mereka sesuai kompetensinya.

Kesimpulannya, cara menjadi pemimpin yang ideal sesuai Al-Quran dan hadis adalah dengan menjadikan Rasulullah sebagai rujukan sebagai percontohan. Dengan cara mengikuti tindakan dan sikap yang beliau pakai dalam memimpin, seperti shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.

Baca Juga: Kenali 5 Habit Rasulullah, Jika Kamu Bener-Bener Cinta

Wallahu A‘lam

Leave a Reply