MASKANULHUFFADZ.COM – Semakin bertambah usia seakan hidup semakin berat, sesak, rumit, dan kelamaan bikin overthinking. Cakupan hidup di masa dewasa seperti beban yang tidak pernah dibayangkan. Dulu semasa kecil pernah terpikir ingin cepat dewasa, rasanya bebas kemana-mana tanpa terkekang orang tua, bisa melakukan apa saja, punya hak previllage sendiri, dan rasanya hidup kita yang mengendalikan. Namun, asumsi-asumsi itu perlahan menghilang satu per satu termakan usia. Seolah-olah kehidupan dewasa hanyalah drama dalam film yang tidak pernah terjadi.

Sofaz, pernahkah terpikir hal demikian?

Usia dewasa merupakan orang yang bukan lagi anak-anak, ia telah menjadi pria dan wanita seutuhnya. Masa ini adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial, dan seseorang akan dituntut untuk memulai kehidupannya dalam memerankan peran ganda. Pada masa ini juga akan banyak tuntutan yang harus dipenuhi, seperti kemandirian finansial, harus punya tujuan hidup, stabil emosial di tengah banyak masalah, bertanggung jawab dengan pilihan, dan berpacu mencapai Impian.

Kondisi-kondisi seperti inilah yang membuat mereka perlahan overthingking, lalu muncullah sikap sering menyesali keputusan, memimpikan skenario terburuk, dan rasa cemas akan masa depan.

Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan overthingking tersebut? apakah memang karena masalah yang dihadapi atau kepribadian orangnya.

Berdasarkan psikologi ternyata overthinking ini berdampak pada inner child yang terluka. Inner child merupakan Kumpulan kejadian yang dialami individu selama kecil yang berdampak hingga masa dewasa. Batin anak yang terluka terjadi karena pengabaian dari orang terdekat, kekerasan fisik maupun emosional, minimalnya kasih sayang dan perlindungan yang didapat dari orang tua. Apabila luka ini tidak cepat disadari dan dibudidayakan maka akan terbawa hingga usia dewasa.

Trauma masa kecil membawa seseorang pada implementasi perilaku ketika ia dewasa yang seringkali tidak percaya diri, anti kritik, mudah bertengkar, mudah marah, takut disakiti, khawatir, cemas, dan merasa tidak manusiawi.

Lebih lanjut, kembali pada masa lalu untuk memperbaiki tentunya sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sementara itu, kita tidak bisa menyalahkan orang tua yang telah mengasuh, bisa jadi kemampuan dan pengetahuan mereka tentang pengasuhan baru sebatas itu.

Dalam Al-Quran inner child yang terluka ini dapat disembuhkan dengann beberapa metode, di antaranya:

  • Mengingat Allah

Salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan batin dan menyembuhkan luka batin adalah dengan berzikir mengingat Allah. sama yang tercantum dalam Alquran surah Ar-Ra’d ayat 28.

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

  • Memaafkan

Memaafkan orang-orang yang pernah melukai diri kita di masa lampau sangat berpengaruh pada kesehatan mental kita, khususnya dalam proses penyembuhan terhadap inner child. Memaafkan akan melepaskan beban emosional yang mengendap di hati. Seperti yang tercantum dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 134.

“(yaitu) orang yang berinfak, baik dalam waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat baik.”

  • Menerima Takdir

Menerima takdir berarti menerima apa saja yang pernah kita alami di masa lalu merupakan keputusan Allah Swt. Cara tersebut dapat mempengaruhi proses penyembuhan batin anak dengan lebih baik. Allah SWT. berfirman dalam Surat at-Taghabun ayat 11.

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa dengan mengimani takdir yang ada di tangan Allah maka hati akan merasa tenang terhadap apapun yang menimpanya. Baik itu kesenangan maupun kesedihan.

Kita tidak bisa mencela masa lalu, marah dengan kehidupan, dan membenci takdir. Namun, kita bisa memilih apakah luka lama tetap dipelihara atau disembuhkan, kemudian kembali menjalani hidup dengan ketenangan dan rasa bersyukur.

Leave a Reply