maskanulhuffadz.com – Di dalam Al-Qur’an disebutkan 4 bulan yang di dalamnya diharamkan berperang, salah satunya adalah bulan Rajab yang saat ini kita masuki. Selain larangan berperang, pada bulan Rajab ini, Allah menekankan,
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”
Yang dimaksud mendzalimi diri sendiri adalah bermaksiat. Sebab segala maksiat yang kita kerjakan akan mencelakakan diri kita sendiri baik di dunia maupun di akhirat. Larangan ini tentu saja berlaku sepanjang waktu, bukan hanya pada bulan-bulan haram saja. Namun, khusus pada 4 bulan ini, dosa dari maksiat yang dikerjakan lebih besar dari bulan-bulan lainnya.
Salah satu cara agar diri kita terhindar dari maksiat selama bulan Rajab ini adalah dengan memperbanyak puasa. Sebagaimana Sufyan Ats-Tsauri yang mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.” Dengan berpuasa, kita dilatih menahan diri dari mengikuti hawa nafsu. Selain itu, puasa yang kita kerjalan juga merupakan amal shaleh yang pada bulan Rajab ini pahalanya dilipatgandakan.
Ibnu Hajar dalam kitabnya, Latha’iful Ma’arif, menukil perkataan Ibnu Abbas ra, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan saleh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.” Bahkan disebutkan,
مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوا وَلَا الْجِهَادُ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ
“Tidak ada amal yang lebih afdal dibanding amal pada hari-hari ini,” Mereka bertanya, “Tidak juga jihad?” Beliau menjawab, “Tidak pula oleh jihad, kecuali seseorang yang keluar untuk mengorbankan jiwa dan hartanya, lalu dia tidak kembali dengan sesuatu apapun,” (HR Bukhari).
Dari penjelasan di atas, maka sesungguhnya bulan Rajab ini adalah harapan untuk mendapatkan ampunan dengan meninggalkan maksiat dan menutupinya dengan amal shaleh. Jika kita mampu memaksimalkan bulan ini, kita dapat memasuki bulan Ramadhan dalam keadaan siap. Semoga dengan melakukannya kita termasuk orang-oran yang bertakwa.
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj/22: 32)